KETIK, PALEMBANG – Dalam rangka menyambut Hari Raya Natal 2024, Gereja Katedral Santa Maria Kota Palembang membangun pohon natal setinggi lima meter yang terbuat dari limbah botol plastik air mineral.
Pembuatan pohon natal berbahan limbah botol plastik tersebut menjadi simbol kebersamaan dan saling peduli terhadap kelestarian lingkungan sekitar.
Pohon natal tersebut dipajang tepat di depan halaman bangunan utama Gereja Katedral Santa Maria yang baru mengalami perbaikan dan peningkatan daya tampung pada 25 Maret 2023 lalu.
Orang Muda Katolik (OMK) Gereja Katedral Santa Maria, Gregorius Fredo Andiyanto (23) mengatakan, pohon natal itu dibangun secara bersama-sama oleh 10 anggota OMK dan memakan waktu selama kurang lebih satu bulan.
10 orang itu, termasuk Fredo, merangkai botol-botol plastik kemasan 600 mililiter dan 1,5 liter pada sebuah rangka besi yang sudah dipesan dari jauh-jauh hari. Sebagian botol ada yang dibentuk dan dicat hijau, sebagian ada yang disusun begitu saja. Pohon itu dibentuk seperti pohon cemara dengan motif melingkar dari atas ke bawah.
Kini, pohon tersebut sudah dilengkapi dengan instalasi lampu warna-warni dengan lampu berbentuk bintang bertengger di puncak. Lampu bintang itu menjadi simbol keagungan Yesus Kristus sebagai sang juru penyelamat.
Nantinya, pohon natal ini akan dipajang selama perayaan Natal sampai pertengahan Januari 2025.
Dalam pembuatannya, pohon natal ini dibuat dari 500 botol plastik yang dirangkai membentuk spiral dari atas ke bawah. D atas pohon itu ada lampu berbentuk bintang yang melambangkan keagungan Kristus. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)
Pembuatan pohon natal berbahan dasar limbah botol plastik ini melambangkan kelestarian lingkungan sekitar yang didasari oleh kebiasaan umat Kristiani membawa botol plastik saat beribadah di katedral.
Menurut Fredo, botol-botol plastik yang dibawa umat Kristiani itu kerap kali menumpuk dan hanya menjadi sampah yang sulit terurai. Atas dasar itulah, pohon natal ini berdiri.
"Kita melihat dari lingkungan katedral, banyak umat yang membawa botol plastik saat ibadah dan itu menumpuk. Daripada jadi sampah yang sudah terurai, kami mencoba merealisasikan kepedulian lingkungan dari pohon natal ini," kata Fredo, Selasa 24 Desember 2024.
Pohon ini diharapkan menjadi pengingat umat untuk ikut serta menjaga kelestarian lingkungan dengan mengurangi sampah di lingkungan sekitarnya. Apalagi, masalah sampah sudah menjadi persoalan klasik di Kota Palembang.
Makna kebersamaan dan harmoni
Selain mengkampanyekan kepedulian lingkungan, proses pembuatan pohon natal itu juga memiliki nilai kebersamaan. Menurut Fredo, pembuatan pohon natal yang memakan waktu sampai satu bulan itu telah memberikan pelajaran berharga bagi para anggota OMK Gereja Katedral Santa Maria.
Dalam waktu satu bulan itu, para anggota OMK telah menjalin kerja sama dan berkoordinasi dengan baik. Alhasil, kemistri pun terbangun dengan kuat di antara mereka.
"Kebersamaan juga, karena untuk merangkai ini 'kan butuh tenaga beberapa orang, jadi bisa membangun kemistri antara sesama orang muda," ungkapnya.
Secara khusus, Fredo berpesan kepada orang-orang muda untuk tetap menjaga kebersamaan di tengah perkembangan zaman yang menuntun orang untuk semakin bersikap individualis. Dia mengingatkan bahwa harmoni antarsesama umat manusia adalah aspek penting untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
"Kita umat Kristiani itu diajak untuk menghayati kehadiran sang juru penyelamat, makanya kita juga secara bersama-sama menjaga keimanan dan menjaga hubungan baik dengan orang lain, seperti pesan Kristus untuk saling mengasihi sesama manusia," tutupnya. (*)