Stunting di Bangkalan Masih Tinggi, Tiga Dosen Unusa Ini Edukasi Masalah Stunting

Jurnalis: Nata Yulian
Editor: Moch Khaesar

8 Oktober 2023 16:49 8 Okt 2023 16:49

Thumbnail Stunting di Bangkalan Masih Tinggi, Tiga Dosen Unusa Ini Edukasi Masalah Stunting Watermark Ketik
Atasi Stunting dosen dan Mahasiswa Unusa lakukan edukasi di Bangkalan, Minggu (8/10/2023). (Foto : M.Khaesar/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Stunting masih menjadi salah satu masalah yang terjadi di Jawa Timur. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang memiliki prevelensi balita stunting sebesar 26,2 persen. Dengan kejadian ini membuat Bangkalan menempati urutan ke 6 dari Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dengan prevalensi stunting yang tinggi.

Hal ini yang mendorong tiga dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Dr. Ika Mardiyanti, S.ST M. Kes., Tri Deviasari Wulan, M.T, dan Endah Budi Permana Putri, S.TP., M.PH  melakukan pengabdian masyarakat di bidang tersebut.

Ketiga dosen ini melakukan pengabdian masyarakat di Desa Sendang Laok Kecamatan Labang Bangkalan Madura, dikarenakan di daerah tersebut masih terdapat kasus stunting. Pengabdian masyarakat ini yang bersumber pada pendanaan Hibah dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2023.

"Salah satu penyebabnya adalah faktor kurangnya kemandirian masyarakat terutama keluarga dalam pemberian asupan gizi seimbang serta keluarga yang masih belum memahami cara mendeteksi secara dini dan penanganan stunting secara mandiri," ucap Ika, Minggu (8/10/2023).

Ketiga dosen ini berupaya untuk menggerakkan masyarakat melalui kader kesehatan dan keluarga di Desa Sendang Laok untuk lebih pro aktif dalam menekan angka stunting.

"Kami mulai kegiatan dengan Sosialisasi pentingnya pemantauan dan deteksi dini risiko stunting berbasis family empowerment. Dilanjutkan dengan pelaksanaan TOT (Training of Trainers) pencegahan stunting dimulai saat masa kehamilan, serta pemantauan kesehatan bayi dan balita melalui optimalisasi buku KIA dan aplikasi D’Risk," jelas Ika.

Selain itu dalam TOT, para kader kesehatan juga dibekali terkait upaya pencegahan stunting melalui terapi komplementer untuk mengatasi masalah gizi bayi dan balita, peningkatan nafsu makan dengan terapi pijat. "Kegiatan ini diikuti oleh Kader kesehatan," jelasnya.

Ketiga dosen Unusa membuat Re-Posting (Ruang Edukasi Pojok Stuntung) merupakan ruang yang dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah stunting. "Ruangan ini akan dilengkapi berbagai buku dan informasi tentang apa itu stunting, bagaimana mendeteksinya, bagaimana upaya mencegahnya, serta bagaimana cara mengatasinya," jelasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pengmas Unusa Unusa Stunting Bangkalan Gizi Buruk