26 Tahun Reformasi, Puguh Wiji Pamungkas Sebut Momentum Menguatkan Kepercayaan Rakyat

Jurnalis: Nata Yulian
Editor: Mustopa

22 Mei 2024 03:08 22 Mei 2024 03:08

Thumbnail 26 Tahun Reformasi, Puguh Wiji Pamungkas Sebut Momentum Menguatkan Kepercayaan Rakyat Watermark Ketik
Presiden Nusantara Gilang Gemilang (NGG), H. Puguh Wiji Pamungkas (Foto: Dok. Pribadi)

KETIK, MALANG – Mungkin hampir sebagian lupa bahwa reformasi yang pernah terjadi di negeri ini sudah berlalu 26 tahun yang lalu. Tragedi kemanusiaan yang meminta tumbal banyak dari kalangan mahasiswa ini seakan tergerus seiring dengan “euforia” pesta demokrasi yang sebentar lagi berlangsung. 

Banyak kalangan menyatakan bahwa situasi yang terjadi saat ini juga tidak lebih baik dari era orde baru yang berkuasa selama 32 tahun dan tumbang saat reformasi berlangsung, karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sekarang juga masih terjadi.

Namun demikian, seperempat abad perjalanan reformasi di bangsa ini tentu masih memiliki nilai-nilai positif dan keberhasilan, yaitu seperti kebebasan dalam berpendapat, berserikat dan berkumpul, serta melahirkan lembaga-lembaga atau badan negara yang menguatkan sistem hukum dan demokrasi di Indonesia. 

Ada banyak pencapaian bangsa Indonesia pasca 26 tahun reformasi, yang memungkinkan rakyat menjadi pemimpin dan mewujudkan kesejahteraan yang diharapkan.

H. Puguh Wiji Pamungkas Presiden Nusantara Gilang Gemilang (NGG) sebuah NGO sosial kemasyarakatan yang berkantor di Malang menyebutkan bahwa selain masih maraknya KKN, krisis integritas juga menjadi salah satu momok serta indikator berhasil atau tidaknya perjalanan reformasi, dimana integritas ini juga banyak dijadikan sebagai alat ukur bagi tertinggal dan majunya sebuah bangsa.

Sebut saja Singapura dan Korea selatan, dua bangsa ini masih terbilang muda, Singapura yang baru merdeka tahun 1953 dan Korea Selatan yang baru merdeka tahun 1945 ini laju pertumbuhan negaranya mengalahkan bangsa-bangsa yang umurnya sudah ratusan tahun. 

Salah satu kunci sukses dua bangsa tersebut adalah kemampuan mereka dalam membangun manusianya dengan menjadikan “integritas” di atas segala-galanya. Selain itu keteladanan yang diberikan oleh para pemimpinnya atau biasa dikenal dengan istilah “Walk the Talk” cukup ampuh membangun integritas masyarakatnya.

“Mengawal reformasi adalah perkara mengawal integritas para pegiat demokrasi dan politik pasca reformasi. Krisis integritas ini akan berujung pada krisis kepercayaan dan kepercayaan itu adalah barang mahal yang harus dijaga oleh siapa saja yang menginginkan kemajuan dan kemakmuran lahir di sebuah negeri. Bahwa yrust masyarakat kepada corporate atau negara atau pemerintah atau kepada diri kita secara pribadi terbangun dari dua hal, yakni Karakter dan Kompetensi,” jelas Dokter Puguh Wiji Pamungkas Presiden Nusantara Gilang Gemilang (NGG). 

“Reformasi adalah hutang darah, jangan sampai reformasi hanya melahirkan status quo baru yang otoriter dan mencederai semangat perubahan dan pembaharuan bangsa menjadi lebih baik. Indonesia adalah bangsa yang gemah ripah lohjinawi, sangat disayangkan jika keberlimpahan resources yang dimiliki oleh negeri ini hanya berakhir pada dominasi segelintir kekuatan dan kekuasan," imbuhnya.

“Oleh karenanya semangat reformasi harus terus digalakkan agar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bisa diwujudkan, dan 26 tahun reformasi ini menjadi momentum untuk menguatkan kepercayaan rakyat,” lanjut pria asli Malang yang namanya masuk bursa Calon Bupati Kabupaten Malang ini.(*)

Tombol Google News

Tags:

26 tahun reformasi Puguh Wiji Pamungkas