KETIK, JEMBER – Tangis haru keluarga pecah mengantarkan jemaah haji asal Jember. Ratusan jemaah dilepas oleh Bupati Jember setiap kloternya di Pendopo Wahyawibawagraha menuju Asrama Haji Sukolilo Surabaya sejak Senin (20/5/2024) dini hari.
Pemberangkatan diawali dengan azan dan ikamah oleh seorang muazin di depan bus yang telah siap mengantar para calon jamaah haji.
Pada tahun ini, Jember mendapatkan kuota haji lebih banyak. Sebanyak 2.695 jemaah haji asal Kabupaten Jember dibagi menjadi tujuh kelompok terbang (kloter).
Mereka terdiri dari kloter 36, kloter 37, kloter 38, kloter 39, kloter 40, kloter 41, dan kloter 42 dengan 366 jemaah setiap kloternya. Sementara 1 kloter gabungan dengan kabupaten lain sebanyak 140 jamaah.
Hingga Senin (20/5/2024) siang, empat kelompok terbang jemaah sudah berangkat menuju Asrama Haji Surabaya. Kloter 36, 37, dan 38 berangkat dini hari Sedangkan kloter 39 berangkat pada siang hari ini.
Sementara empat kloter sisanya akan diberangkatkan nanti malam hingga besok, Selasa (21/5/2024) dini hari.
“Empat kloter yang sudah berangkat ke Surabaya dan insyaallah langsung nanti malam kalau enggak besok pagi menuju ke tanah suci Mekkah,” papar Bupati Jember Hendy Siswanto usai melepas belasan bus angkutan jemaah haji.
Mereka yang berangkat dalam kondisi prima, kendati demikian bupati tetap mengingatkan agar jemaah saling menjaga kesehatan selama menunaikan ibadah di Tanah Suci.
“Dijaga fisiknya dan saling membantu antar jamaah. Kalau shalat jamaahnya jangan sampai bolak-balik, shalat zuhur terus ketika asar balik lagi itu akan menguras tenaga, itu harus diatur. Karena acara hajinya masih belum, jangan sampai nanti kewajiban hajinya nanti malah terjadi sesuatu,” lanjut Hendy.
Terpisah, Kepala Kantor Kemenag Jember Akhmad Sruji Bahtiar menjelaskan jumlah keseluruhan jemaah haji yang berangkat tersebut merupakan gabungan dengan jemaah cadangan.
“Tiga hari lalu ada 59 jemaah masuk dalam daftar cadangan, baru 2 orang berangkat menyisakan 57 sisa cadangan,” kata Sruji.
Sementara, untuk jemaah haji yang masuk dalam kategori resiko tinggi (risti), termasuk lansia, dan riwayat penyakit bawaan yang diderita jemaah sudah ada petugas yang menangani.
“Daftar jemaah risti pada dasarnya sudah ada dari Dinas Kesehatan. Kemudian diberikan kepada tenaga kesehatan yang bertugas disana. Penanganan risti dan lansia oleh petugas regu dan rombongan, selain itu juga ada petugas khusus seleksi oleh Kemenag Pusat,” pungkas pria berkacamata itu.(*)