Waspada! Suhu Panas dan Hujan Tak Menentu di Surabaya, Ini Penyebabnya

Jurnalis: Kuncoro S.
Editor: Rudi

29 April 2023 08:22 29 Apr 2023 08:22

Thumbnail Waspada! Suhu Panas dan Hujan Tak Menentu di Surabaya, Ini Penyebabnya Watermark Ketik
Ilustrasi. Waspadai panas yang menyengat tapi tiba tiba hujan. (Foto: Istockphoto)

KETIK, SURABAYA – Suhu panas terasa sejak pekan lalu di Surabaya dan sekitarnya. Bahkan suhu panas tersebut terasa di beberapa titik di Jawa Timur. Di Surabaya, berdasarakan catatan, suhu panas mencapai 34 derajat celsius, ini terjadi pada siang hari saat terik sinar matahari merambah kota Metropolitan.

Udara panas di atas terjadi Kamis, (27/04/23). Tapi Jumat (28/04/23) sekitar pukul 11.00 WIB mendadak mendung menyelimuti kota Surabaya dan sekitarnya. Hujan deras dengan intensitas tinggi turun sampai satu jam. Beberapa titik di Surabaya tergenang air. Tanggul sungai di Jalan Kembang Kuning jebol,  sehingga terjadi banjir.

Berdasarkan cacatan BMKG memprediksi suhu panas Kamis lalu disebabkan beberapa faktor. Hal ini terjadi karena menipisnya awan akibat musim kemarau.

Ady Hermarmanto kepala kelompok BMKG Tanjung Perak kepada salah satu media menjelaskan,  peningkatan sinar ultra violet terjadi akibat tidak ada tutupan awan. Ini bisa terjadi dalam masa periode memasuki musim kemarau.

Pusat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga mengungkapkan beberapa penyebab suhu panas di Indonesia. Hal ini disampaikan melalui unggahan resmi dari akun instagram @infobmkg pada Sabtu (22/04/23).

Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG Dodo Gunawan menjelaskan terdapat lima penyebab suhu panas di Indonesia, yakni sebagai berikut:

Pertama adalah dinamika atmosfer yaitu seluruh proses fisik di dalam atmosfer. Meliputi perubahan iklim dan cuaca dalam skala global dan regional. Perubahan iklim dan cuaca skala global dan regional kini tidak seperti biasanya.

"Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia sepekan terakhir. Indonesia tidak mengalami gelombang panas, tetapi suhu maksimum udara permukaan tergolong panas," jelasnya.

Kedua adalah lonjakan panas tahun 2023 adalah yang terparah. Gerak semu matahari adalah pergerakan matahari yang seolah-olah bergerak dari selatan ke utara dan kembali ke selatan setiap tahunnya.

Ketiga Gelombang panas "heatwave" semakin berisiko berpeluang terjadi 30 kali lebih sering. Pemanasan global atau global warming adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, bumi, dan lautan.

Sedangkan perubahan iklim atau climate change merupakan perubahan yang signifikan pada iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih.

Heatwave atau gelombang panas adalah serangan cuaca panas ekstrem yang berlangsung beberapa hari atau bahkan minggu.

Keempat angin monsun adalah angin yang bertiup dalam skala regional atau skala benua yang berubah arah azimut minimal 120 derajat dan terjadi dalam jangka waktu enam bulan sekali.

Di Indonesia terkena dampak dari dua tipe angin monsun, yaitu monsun timuran dan monsun baratan. Angin monsun timuran bertiup dari arah timur hingga tenggara dan menyebabkan keringnya masa udara di wilayah Indonesia.

Sedangkan angin monsun barat bertiup dari arah barat hingga barat laut dan menyebabkan indikator musim hujan bagi wilayah Indonesia.

Kelima radiasi matahari adalah sinar yang berasal dari matahari. Produk yang dihasilkan oleh sinar matahari adalah beberapa jenis sinar ultraungu. Dengan berkurangnya jumlah awan di atmosfer, maka energi matahari yang diterima permukaan bumi semakin banyak hingga cuaca pada siang hari. (*)

Tombol Google News

Tags:

Panas Hujan banjir