Asah Berpikir Kritis, 926 Siswa SMA Al-Islam Krian Ikut Pelatihan Jurnalistik

Jurnalis: Hetty Hapsari
Editor: Marno

13 November 2024 16:05 13 Nov 2024 16:05

Thumbnail Asah Berpikir Kritis, 926 Siswa SMA Al-Islam Krian Ikut Pelatihan Jurnalistik Watermark Ketik
General Manager Ketik.co.id Sumarno memberikan Pelatihan Menulis Artikel Jurnalistik di SMA Al-Islam Krian, Rabu, 13 November 2024. (Foto: Dea for Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Sebanyak 926 siswa SMA Al-Islam Krian Kabupaten Sidoarjo mengikuti Pelatihan Menulis Artikel Jurnalistik di masjid lingkungan sekolah Jl Kyai Mojo 14 Krian, Rabu, 13 November 2024 pukul 08.15 WIB.

Kegiatan Pelatihan Menulis Artikel Jurnalistik ini merupakan bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dilaksanakan di SMA Al-Islam mulai 11-23 November 2024.

"Tujuan kegiatan ini untuk menambah wawasan siswa mengenai cara menulis artikel, melatih siswa berpikir kritis, dan menuliskan ide dalam bentuk artikel," jelas Siti Mariyah, guru Bahasa Indonesia di SMA Al-Islam Krian

Kegiatan P5 ini diikuti siswa kelas X, XI, dan XII. Projek kelas X dan XI memilih tema Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.Topik yang dibahas Desain Kota Ramah Lingkungan di Wilayah Sidoarjo. Untuk kelas XII temanya,  Bhinneka Tunggal Ika dengan topik Bersatu Melangkah dalam Kebhinekaan.

Foto Dea Amanda Rossa Amelia memaparkan rujukan jurnal untuk menulis artikel jurnalistik. (Foto: Marno/Ketik.co.id)Dea Amanda Rossa Amelia memaparkan rujukan jurnal untuk menulis artikel jurnalistik. (Foto: Marno/Ketik.co.id)

Alumnus Fakultas Bahasa dam Seni Universitas Negeri Yogjakarta itu memaparkan pada P5 kelas X dan XI dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahapan literasi dan tahapan design thinking. "Pada tahapan literasi, siswa kelas X, dan XI melakukan riset tentang kota ramah lingkungan," ujarnya.

Pelatihan Menulis Artikel Jurnalistik ini menghadirkan narasumber Sumarno, General Manager Ketik.co.id itu dilakukan 2 sesi. Sesi pertama, diikuti 424 siswa kelas X, sesi kedua, 502 siswa kelas XI.

Foto Dari kiri : M. Nawawi, M.Pd. selaku koordinator P5, Drs. Suharyono AZ, M. Kom, Kepala SMA Al-Islam Krian, Imam Hanafi Hafadz, tim fasil P5. (Foto: Ist)Dari kiri : M. Nawawi, M.Pd. selaku koordinator P5, Drs. Suharyono AZ, M. Kom, Kepala SMA Al-Islam Krian, Imam Hanafi Hafadz, tim fasil P5. (Foto: Ist)

Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya itu menjelaskan mulai dari unsur berita hingga cara menulis berita yang benar.

"Rumus menulis berita itu 5 W 1H, meliputi who, what, where, why, when dan how. Struktur menulis berita adalah piramida terbaik," jelas mantan Pemimpin Redaksi Radar Surabaya, Jawa Pos Grup itu.

Sumarno juga memaparkan perlunya penerapan Search Optimation Engine (SEO) dalam menulis berita. Tujuannya agar berita tersebut mudah terindex di mesin pencarian Google.

"Salah satunya harus ada 8 kata kunci yang bertebaran mulai di judul, lead atau teras berita, tubuh berita termasuk di caption foto," ujar penghobi bulutangkis itu.

Foto Sswa kelas XI antusias mengajukan pertanyaan kepada narasumner. (Foto; Dea for Ketik.co.id)Siswa kelas X antusias mengajukan pertanyaan kepada narasumner. (Foto; Dea for Ketik.co.id)

Saat dibuka sesi tanya jawab oleh pemandu acara guru setempat Imam Hanafii Hafadz, para siswa sangat antusias dengan mengangkat tangan. "Ayo yang bertanya segera maju ke depan," ujar Alumnus Sosiologi UINSA itu.

Mereka yang bertanya dari kelas X di antaranya Saidah putri, Damas satria, Syarifah Aisyah, Nafisah. Sedangkan siswa dari kelas XI di antaranya Zaza, Syalwa, Nabila dan Rahmat.

Pertanyaannya di antaranya, bagaimana cara menentukan topik agar fokus dan tak terpengaruh informasi lainnya. Selain itu, mereka menanyakan cara menggali informasi untuk info grafis yang bagus. Serta tips membuat sub judul yang baik.

Terkait membuat sub judul, Sumarno menyarankan sebaiknya dihindari pemberitaan ada sub judul. Idealnya dipadatkan dalam judul utama. "Kecuali memang sangat terpaksa, bila keberadaan sub judul sangat diperlukan," jelas pria yang pernah bekerja di koordinator konsultan Proyek Pertanian SPL-OECF yang didanai pemerintah Jepang itu.

Foto Waka Kurikulum SMA Al-Islam Krian, Sofia S.Pd  (dua dari kanan)  didampingi guru laiinya di antaranya Nila (kanan) hadir di tengah-tengah  para siswa. (Foto: Dea for Ketik.co.id)Waka Kurikulum SMA Al-Islam Krian, Sofia S.Pd (dua dari kanan) didampingi guru laiinya di antaranya Nila (kanan) hadir di tengah-tengah para siswa. (Foto: Dea for Ketik.co.id)

Sementara itu, Zaza siswa kelas XI menanyakan cara mengedit artikel sendiri dan mengetahui website yang mengiformasikan data dan informasi yang akurat sebagai rujukan.

Sumarno menjawab, cara mengedit berita sendiri, kuncinya harus dibaca berulang-ulang untuk mengecek kemungkinan ada kesaahanan tulis. "Terkait keakuratan website berita, tinggal mengecek media tersebut apakah sudah terverikasi Dewan Pers," ujarnya.

Ada pula siswa yang menanyakan cara membuat artikel yang bagus yang dibatasi sekitar 300 kata. Pertanyaan kritis lainnya soal penggunaan diksi dalam menulis berita. "Bagaimana kami memilih diksi yang tepat dalam menulis berita?," ujar salah satu peserta.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Sumarno menjelaskan setiap kata yang digunakan dalam menulis berita harus dimengerti arti dan penggunaannya. 

Misalnya penggunaan kata profesi tepat untuk pekerjaan yang memiliki kode etik, seperti pengacara, dokter dan wartawan. 

Foto Sumarno diapit para guru dari kiri; Sandra, Bukhori, Imam Hanafi, Siti Mariyah dan  Nila. (Foto: Dea for Ketik.co.id,)Sumarno diapit para guru dari kiri; Sandra, Bukhori, Imam Hanafi, Siti Mariyah dan Nila. (Foto: Dea for Ketik.co.id,)

"Tapi sering dalam berita menyebut profesi petani, tukang becak, profesi ibu rumah tangga. Ya sebut saja bekerja sebagai petani, keseharian sebagai ibu rumah tangga," papar mantan Manager Tabloid Nyata itu.

Pertanyaan menarik dilontarkan siswi kelas X Syafirah Aisyah. Ia menanyakan bagaimana cara menaikkan kembali minat orang membaca koran. Karena informasi di koran lebih valid dibanding berita di internet.

"Untuk mengembalikan minat baca koran sangat sulit, karena generasi sekarang lebih memilih menggunakan gadget untuk mencari informasi," jawab mantan General Manager Radar Sidoarjo itu.

Rujukan Jurnal

Pertanyaan lain mengenai cara menentukan sumber jurnal untuk mendukung ide mereka disajikan dalam artikel jurnalistik. Narasumber Dea Amanda Rossa Amelia menjelaskan, memang untuk menulis artikel perlu ada rujukan literatur dari sejumlah jurnal seperti Google Schollar, Garuda, Sinta, Pubmed, dan Cochrane. 

Foto Sumarno memberikan cinderamata kepada 2 siswa pengelola koran sekolah. (Dea for Ketik.co.id)Sumarno memberikan cenderamata kepada 2 siswa pengelola koran sekolah. (Dea for Ketik.co.id)

"Kita harus memilih sumber berita yang akurat karena informasi dari internet kadang ada yang tidak valid bila sumbernya tidak tepat," pesan alumnus D-IV Profesi Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes dr Soetomo Surabaya itu.

Selain merujuk pada jurnal, kata Dea, bisa menggali sumber data di Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Sidoarjo. "Misalnya kita mau membahas topik ramah lingkungan. Kondisi Krian ini seperti apa, apa termasuk daerah tandus," jelas bujangan 24 tahun itu. 

Di akhir acara Pelatihan Menulis Artikel Jurnalistik, Sumarno memberikan cenderamata untuk dua siswa pengelola koran sekolah SMA Al-Islam Krian di antaranya Zaza. (*)

Tombol Google News

Tags:

Pelatihan Menulis artikel jurnalistik Sidoarjp SMA Al-Islam Krian Pojek Projek penguatan profil pelajar pancasila P5

Berita Lainnya oleh Hetty Hapsari