Bupati Rahmatan li ”Masyarakatin”

Editor: Fathur Roziq

22 Maret 2024 07:43 22 Mar 2024 07:43

Thumbnail Bupati Rahmatan li ”Masyarakatin” Watermark Ketik
Oleh: Fathur Roziq*

November 2024 mendatang, Kabupaten Sidoarjo bakal memilih lagi calon-calon bupati dan wakil bupati. Panggung Pilkada Sidoarjo 2024 sudah terbuka. Yang ingin membuktikan diri dipersilakan berkontestasi. Mari kita lihat nanti siapa yang akan terpilih.

Nah, doa apa yang paling cocok untuk bupati yang baru terpilih? Nawaitu shauma ghadin…. lillahi ta’ala. Doa berniat puasa. Jangan keliru! Bukan: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartuPeriode pertama saat berpuasa, periode kedua saatnya berpesta. Apakah seperti itu?

Seorang bupati terpilih sepatutnya mampu menahan diri sebelum menunaikan tugas-tugas dan kewajibannya. Baginya, melekat kewajiban, tentu, kepada Allah SWT, kepada masyarakat, dan kepada lingkungan yang dipimpinnya. Baik lingkungan alam maupun sosial.

Seorang bupati terpilih punya tugas begitu banyak. Wajib menunaikan amanah maupun janji dari dan kepada pemilih. Program, visi-misi, target pembangunan jangkah pendek, menengah, dan panjang.

Bupati terpilih harus berlaku adil kepada masyarakatnya. Baik yang memilih maupun yang bukan pemilih. Baik konstituen maupun yang bukan konstituen. Baik yang satu partai maupun yang tidak satu partai. Baik yang satu ormas maupun yang berbeda ormas. Dan sebagainya dan seterusnya. 

Penuh perhatian dan kasih sayang kepada siapa saja. Tidak menyakiti siapa pun. Tidak mengambil hak siapa pun. Lembut kata, halus rasa. 

Pendek kata, bupati terpilih adalah milik semua masyarakat. Siap berganti-ganti baju. Mampu berkomunikasi dalam beragam bahasa. Mau duduk nyaman ”jagongan”. Rajin-rajin bermusyawarah. Mendengarkan nasihat senior yang lebih berpengalaman. Sabar menyimak keluh kesah menurut tingkatan frekuensi rakyatnya.

Bupati terpilih dituntut untuk terus berkarya, kreatif, dan inovatif. Pekerjaan yang nyata, kebijakan produktif, karya-karya monumental, fasilitas yang bermanfaat. Semua dilakukan untuk masyarakatnya. Bukan untuk pribadi, keluarga, atau niat melanggengkan kekuasaan.

”Kue anggaran” dinikmati banyak kalangan. Karya-karya hasil pembangunan pun bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Merata. Menyentuh seluruh bidang. Dirasakan oleh semua wilayah. Tentu, berdasar prioritasnya.

Bupati terpilih juga wajib jujur. Sesuai antara kata dan perbuatan. Tidak bersikap seakan-akan sempurna. Mau mengakui kesalahan. Meminta maaf untuk kekurangan selama memimpin. Siap memperbaikinya di masa depan.

Untuk semua konsep, perencanaan, dan kebijakan yang dilaksanakannya, seorang pemimpin semata-mata mencari ridho Allah SWT. Seperti niat berpuasa.

”Sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya….” Begitu firman Allah SWT. 

Kalau begitu, tidak bolehkah seorang pejabat yang baru dilantik menikmati posisinya? Merasakan fasilitas istimewa, privilege yang wah, dan rezeki-rezeki lain yang berlimpah ruah?

Jawabannya bukan tidak boleh. Lebih baik menunda dulu sampai waktunya tiba. Sekalipun rezeki itu halal. Lebih-lebih yang tidak ”halal”. Misalnya, rezeki hasil kongkalikong, kolusi, korupsi. Gara-gara godaan itu, puasa seorang pemimpin bisa batal di tengah jalan.

Puasa sebagai pemimpin artinya bersabar, menahan nafsu kuasa, dan menyerahkan diri menjadi abdi bagi semua rakyat yang dipimpin. Siapa rakyat itu?

Semua masyarakat warga daerah. Bupati Sidoarjo, misalnya, pastilah dia memimpin seluruh masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Tanpa membeda-bedakan asal daerah, suku, pendidikan, profesi, latar belakang, dsb.

Begitu pula perbedaan partai, ormas, golongan, bukanlah alasan untuk berbeda pilihan. Calon yang terbaik di antara calon-calon yang baik pantas dipilih sebagai pemimpin. Kursi partai-partai di DPRD Sidoarjo memang berhak mengusung calon. Koalisi partai pun sangat menentukan kekuatan para calon. Mesin partai dan pendukungnya juga akan memenangkan calon.

Namun, memilih seorang bupati bukanlah memilih partai lagi. Pemilihan bupati adalah panggung tertinggi bagi tokoh-tokoh berkualitas kelas wahid. Manusia-manusia pilihan.

Pemilihan bupati adalah palagan pertempuran bagi individu-individu yang tangguh. Tahan puasa, ujian, dan kebal serangan. Memiliki level kecerdasan paripurna.

Dicalonkan partai apa pun bupati dan wakil bupatinya, tetap pantas dipilih bila memang terbaik. Dipecat oleh partai mana pun bupatinya, jika memang dianggap dan sudah terbukti paling baik, masyarakat akan tetap memilihnya.

Sudah sangat dipahami bahwa Kabupaten Sidoarjo adalah kota urban. Perbedaan apa pun bukan alasan utk berbeda tujuan. Saling memahami, saling menghargai, saling mendukung untuk Sidoarjo yang lebih baik, lebih gemilang, dan berkelanjutan. Perlu tirakat dan puasa untuk mencapainya.

Ingat! Doanya adalah nawaitu shauma ghadin…. lillahi ta’ala. Saat baru terpilih, niatlah untuk berpuasa dulu. Bukan Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu. Bukan niat berbuka puasa, lalu menikmati semuanya.  

Jadilah bupati yang rahmat bagi seluruh masyarakat. Rahmatan li ”masyarakatin”. (*)

 

 

*) Fathur Rozi, redaktur dan jurnalis senior Ketik.co.id yang bertugas di Sidoarjo

 **) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

*) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

**) Ketentuan pengiriman naskah opini:

• Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.

• Berikan keterangan OPINI di kolom subjek

• Panjang naskah maksimal 800 kata

• Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP

• Hak muat redaksi

Tombol Google News

Tags:

sidoarjo pemimpin Bupati Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo DPRD Sidoarjo Pilkada Sidoarjo 2024 Pilkada Sidoarjo