KETIK, PACITAN – Ada serunya Ramadan di Kabupaten Pacitan.
Betapa tidak, setiap jelang sahur di kota 1001 goa ini ratusan warga dari berbagai desa sekitaran wilayah Kota Pacitan turun ke jalan membangunkan orang sahur dengan tradisi ronda thetek (rontek).
Sekitar pukul 01.30 WIB, udara dingin dini hari yang menusuk kulit seolah tak dihiraukan. Di tangan kelompok rontek, ada sebuah kentongan bambu, bedug dan gong yang siap dipukul.
Bunyi dentingan bedug dan gong mulai terdengar, menandakan Rontek Gugah Sahur telah dimulai.
Di bawah remang-remang lampu jalan, iring-iringan ratusan pemuda mulai bergerak. Setiap langkah diiringi dengan tabuhan.
Ritme kentongan dipukul bergantian berpadu, menciptakan harmoni yang khas dan menggema.
"Ceritane wayang Ramayana...," teriak salah satu perontek asal Arjowinangun berseru pada teman-temannya mengawali lagu berjudul 'Anoman Obong'.
Dari sela-sela trotoar, warga tampak menunggu kelompok rontek melintas. Pujiyono, seorang warga asal Arjosari tampak memperhatikan iringan perontek di Depan Pendopo Pacitan.
Seperti malam-malam Ramadan sebelumnya, mereka, kelompok rontek berjalan kaki menyusuri Jalan Panglima Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan Gatot Subroto hingga kembali ketempat awal.
Rombongan rontek diikuti oleh semua usia, mulai anak-anak, remaja hingga orang tua. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Suara kentongan mengalun merdu, membangunkan warga agar tak melewatkan sahur. Mendekati pukul 03.00 WIB, kelompok menyudahi perjalanan melintasi rute yang telah ditentukan.
Tradisi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan warisan yang telah mengakar di tanah kelahiran Presiden SBY.
Meriah tapi Rawan, Rontek Sahur di Pacitan Dapat Pengawasan Khusus
Di balik kemeriahannya, rontek gugah sahur di Kabupaten Pacitan rawan terjadi bentrokan antar massa. Pengamanan ketat dari aparat gabungan setempat pun dilakukan guna mencegah.
"Rontek memang boleh, asal tak ugal-ugalan," begitulah kira-kira harapan Pemkab Pacitan.
Kasatpol-PP Pacitan, Ardyan Wahyudi, mewanti-wanti bahwa semua ada aturannya. Pemkab tak mau ada kejadian memalukan lantaran bentrokan antar kelompok rontek.
Karena itu, pengamanan dibagi ke empat rayon biar semua terpantau rapi. Rayon Barat: Kelurahan Pacitan, Pucangsewu, Sumberharjo, Bangunsari. Rayon Utara: Widoro, Nanggungan, Tanjungsari. Rayon Selatan: Ploso, Baleharjo, Sidoharjo. Rayon Timur: Arjowinangun, Sirnoboyo, Sukoharjo, Kembang, Mentoro, Menadi, Purworejo, Kayen.
Setiap desa harus punya penanggung jawab. Kepala desa, Babinsa, Bhabinkamtibmas, sampai koordinator rontek ditugaskan menjaga jalannya acara.
Pemkab juga bakal blusukan ke desa-desa buat koordinasi. Pengalaman tahun lalu harus jadi pelajaran.
Pun baru-baru ini, Sekda Heru menegaskan bahwa ASN tak boleh sekadar jadi pemantau dari balik meja. “Jadilah contoh. Kalau ada yang kelewat batas, ingatkan. Jangan malah ikut nimbrung,” katanya.
Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Pacitan, Kemal Pandu Pratikna, juga ikut menimpali. Ia sadar betul, rontek ini bukan sekadar hiburan, tapi sudah jadi tradisi.
“Kami tak melarang, asal jangan sampai bikin orang geram. Mari kita kawal dengan cara yang santun dan beradab,” ucapnya.
Tak cuma ASN, TNI dan Polri juga siap siaga. Danramil 0801/01 Pacitan, Kapten Kav Dadut Setiyawan, meminta pengamanan diatur dengan baik.
“TNI-Polri harus satu suara dengan Linmas. Jangan sampai ada kesalahpahaman di lapangan,” pesannya.
Intinya demi kenyamanan bersama. Satu hal yang pasti, semuanya diminta tertib selama mengikuti Rontek Ramadan. (*)