Kiai Ilhamullah Sumarkhan: Ramadhan Momen Perkuat Cinta dengan Tuhan dan Rumah Tangga

15 Maret 2025 08:30 15 Mar 2025 08:30

Thumbnail Kiai Ilhamullah Sumarkhan: Ramadhan Momen Perkuat Cinta dengan Tuhan dan Rumah Tangga Watermark Ketik
Dr KH Ilhamullah Sumarkhan saat mengisi ceramah di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (Foto:Tangkapan Layar Youtube Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya)

KETIK, SURABAYA – Kunci kokohnya rumah tangga ada pada kekuatan cinta antara suami dan istri. Bukan bergantung pada fisik, layaknya bangunan yang berdiri kokoh.

Ini disampaikan Dr. KH. Ilhamullah Sumarkhan, pada Kamis, 13 Maret 2025 di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.

Dalam ceramahnya, Ketua LDK MUI Jawa Timur ini mengatakan, setiap pasangan suami istri pasti menghadapi berbagai persoalan dalam rumah tangga, salah satunya adalah gradasi cinta.

Oleh karena itu, memperkuat cinta menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga keharmonisan keluarga.

Sumarkhan pun mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani. Hadis itu menyebutkan, bukti cinta seseorang dapat dilihat dalam tiga hal.

Pertama, memprioritaskan yang dicintai. Orang yang benar-benar mencintai akan selalu memprioritaskan yang dicintainya.

"Ini tercermin ketika seseorang menikmati waktu bersama orang yang dicintai. Ia akan dengan senang hati mendengarkan dan berbicara berjam-jam tanpa merasa bosan," ujarnya. 

Sebaliknya, jika ia tidak menyukai orang tersebut, maka mendengar suaranya saja sudah cukup membuatnya merasa tidak nyaman.

Lebih lanjut, Wakil Katib Syuri’ah PWNU Jawa Timur ini mengatakan, analogi ini juga berlaku dalam mencintai Al-Qur'an.

Jika seseorang mencintai Al-Qur'an, maka ia akan merasa senang membacanya, seakan sedang berdialog dengan Allah SWT.

Dengan demikian, Ramadhan yang dikenal sebagai Syahrul Qur'an menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam untuk memperbanyak membaca dan mendalami Al-Qur'an.

Kedua, berusaha dekat dengan yang dicintai. Maksudnya, adanya keinginan kuat dari seseorang untuk selalu dekat dengan yang dicintai.

Dalam kehidupan rumah tangga misalnya.  Pasangan suami istri yang saling mencintai akan merasa nyaman saat bersama.

"Suami yang bahagia pasti lebih senang duduk berdekatan dengan istrinya dibandingkan dengan perempuan lain," tuturnya. 

Sebaliknya, jika seorang suami enggan dekat dengan istrinya, itu bisa menjadi tanda adanya masalah dalam hubungan mereka.

Wakil Koordinator Kopertais Wilayah IV Surabaya ini menerangkan cinta kepada Allah SWT juga memiliki konsep serupa.

Seorang hamba yang mencintai-Nya akan selalu ingin dekat dan berdialog dengan-Nya melalui berbagai bentuk ibadah. Seperti dzikir dan salat malam.

Ia pun mengutip lirik lagu Tombo Ati, yang mengandung lima cara untuk menenangkan hati. Yaitu membaca Al-Qur'an serta memahami maknanya, Salat malam, berkumpul dengan orang saleh, memperbanyak puasa, dan berzikir.

Sumarkhan juga memperkenalkan istilah unik untuk salat tahajud. Katanya, tahajud dapat disingkat sebagai "Indosat" yang berarti Indahnya Doa Saat Tahajud.

Hal ini, tercantum dalam firman Allah SWT Surah Al-Isra ayat 79 yang berbunyi:

"Dan pada sebagian malam hari, bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."

Ketiga, mengutamakan keridhaan yang dicintai. Cinta sejati juga ditandai dengan kesediaan seseorang untuk mengutamakan keridhaan dan kebahagiaan yang dicintainya.

Ini tercermin ketika masuk bulan Ramadan. Saat puasa,  seluruh umat Islam rela menahan lapar dan dahaga semata-mata demi mendapatkan ridha Allah SWT.

Menjalankan ibadah puasa juga memiliki keistimewaan tersendiri yang berbeda dari ibadah lainnya.

Sebagaimana termaktub dalam hadis qudsi, Allah SWT berfirman, setiap amal manusia diberi ganjaran antara 10 hingga 700 kali lipat, kecuali puasa yang pahalanya tidak terhitung.

“Kenapa? Karena di dalam puasa terdapat cinta,” ungkap Dosen Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) ini.

Selain itu, ia menyampaikan istilah-istilah menarik untuk menggambarkan keistimewaan bulan Ramadhan. Seperti  Bulan penuh Berkah dan Maghfirah (BBM),  Prei Makan dan Minum (Premium), dan Perkuat Takwa Maksimal (Pertamax).

Menurutnya, inti dari puasa bukan sekadar menahan lapar, tetapi bentuk penghambaan yang tulus kepada Allah SWT.

Di akhir ceramahnya, Lulusan Program Doktoral Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UINSA ini menegaskan, puasa adalah bukti nyata cinta seseorang kepada Tuhannya.

“Jika bukan karena cinta kepada Allah, tidak mungkin kita rela menahan lapar, haus, dan berbagai larangan lainnya hingga waktu berbuka,” tuturnya.

Dengan begitu, Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat cinta, baik dalam rumah tangga maupun hubungan dengan Tuhan. (*)

Tombol Google News

Tags:

Ramadhan Ilhamullah Sumarkhan Masjid Nasional Al Akbar Surabaya ceramah