KETIK, MALANG – Uzbekistan merupakan negara yang menyimpan kekayaan kultural yang melimpah. Kondisi yang demikian diakibatkan oleh banyaknya etnis yang menempati Uzbekistan, antara lain: Uzbek, Rusia, Tajik, dan Karakalpak.
Hal tersebut dijelaskan oleh Sekretaris Pribadi Kedutaan Besar Indonesia di Uzbekistan, M. Mufti Rakadia Sumaryadi, pada kelas Multikulturalisme di Asia Prodi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Sejarah tak dapat dilepaskan dengan Amir Timur atau Timur Lenk yang merupakan keturunan Genghis Khan. Melalui pengalamannya, Mufti bercerita bahwa di Tashkent terdapat monumen yang didedikasikan untuk Amir Timur. Selain itu, Uzbekistan juga terkenal akan sejarah Islamnya.
“Imam Bukhari dan Ibnu Sina berasal dari Uzbekistan. Oleh karena itu, pengaruh kedua tokoh ini juga sangat besar di sana,” terang Mufti.
Meskipun Uzbekistan merupakan negara dengan sistem sekuler, regulasi terkait dengan Islam berlaku sangat ketat, mulai dari regulasi seleksi imam, desain arsitektur masjid, hingga pelaksanaan salat tarawih selama bulan Ramadan.
“Hal unik pada pelaksanaan salat tarawih di Uzbekistan adalah membaca surat sunnah secara berkelanjutan, jadi sepanjang bulan Ramadan bisa khatam Qur’an melalui salat tarawih,” jelas Mufti.
Dengan berbekal pengalaman selama empat tahun tinggal di Uzbekistan, Mufti merasa masyarakat Uzbekistan tidak jauh bedanya dengan masyarakat Indonesia. Kondisi yang multikultur sama saja ia rasakan saat berada di Uzbekistan. Dengan kondisi yang hampir sama inilah Mufti mengajak mahasiswa Prodi HI UMM untuk melanjutkan studi di Uzbekistan.
Pemuda yang menguasai sembilan bahasa ini berpesan kepada mahasiswa Prodi HI UMM agar senantiasa mempelajari bahasa asing. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya kesempatan yang akan didapatkan jika kita telah menguasai bahasa asing, termasuk dalam melanjutkan studi ke luar negeri.
“Terkadang bahasa bisa menjadi kendala dalam berkolaborasi lintas budaya, apalagi lintas negara,” pungkasnya. (*)