Curhatan Sopir Angkot Kota Malang, Hidup Segan Mati Tak Mau

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Muhammad Faizin

9 Juli 2024 09:33 9 Jul 2024 09:33

Thumbnail Curhatan Sopir Angkot Kota Malang, Hidup Segan Mati Tak Mau Watermark Ketik
Kondisi angkot di Kota Malang. (Foto: Lutfia/Ketik.co.id)

KETIK, MALANG – Nasib para sopir angkutan kota (angkot) di Kota Malang bak di ujung tanduk. Persaingan dengan ojek online, hingga perubahan kebijakan pemerintah berimbas pada sepinya penumpang yang didapat setiap hari. 

Ketua Paguyuban Angkot Jalur ABB, Hari Wahono menjelaskan penghasilan yang ia dapatkan setiap harinya jauh dari kata layak. Kondisi tersebut membuatnya dilema, sebab apabila ia tidak beroperasi maka berimbas pada tak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. 

"Penghasilannya itu sangat minim, kalau sebuah kehidupan sebetulnya tidak layak, jauh. Tapi karena ini profesi ya tetap kita jalani," ujar Wahono, Selasa (9/7/2024). 

Bahkan dalam sehari Wahono sering kali tidak mendapatkan penumpang sama sekali. Alhasil ia tak hanya beroperasi pada jalur yang telah ditetapkan. 

Ia bersama rekan sopir angkot lain sering menawarkan jasa carter angkot ke tempat-tempat wisata. Namun upaya tersebut tetap tidak dapat menjamin kehidupannya. 

"Kadang mengantar wisata sekolah tapi tetap tidak mencukupi karena pendapatannya tidak rutin. Terakhir saya antar carteran Rp 300 ribu. Sampai sekarang tiga hari ini belum ada pemasukan lagi," tambahnya. 

Selaras dengan Wahono, sopir angkot lainnya yakni Ferdi juga memiliki keluhan yang sama. Ia menjelaskan terdapat penyebab sepinya minat terhadap angkot. 

Selain kehadiran ojol, menurutnya perubahan jalu PO Bagong juga berpengaruh. Semula PO Bagung dari Blitar akan berhenti di Gadang. Para penumpang yang hendak ke terminal Arjosari biasanya akan menggunakan jasa angkot. 

"Lalu PO Bagong dari Blitar langsung turun di Arjosari itu mengurasi prospek angkot. Biasanya turun di Gadang lalu ke Arjosari di angkut oleh angkot tapi sekarang dihabisin Bagong. Padahal angkot kan simbolnya Kota Malang, biru Arema," tambahnya. 

Selain itu ia dan sopir angkot lain mengeluhkan kehadiran Bus Halokes yang melakukan antar jemput siswa di sekolah. 

"Lalu Bus Haloker gratis dari dulu sudah mengurangi pendapatan juga. Anak sekolah kalau tidak diantar bis gratis kan menjadi prospek tambahan bagi angkot," tambahnya. 

Menurutnya penyebab-penyebab itulah yang harus diselesaikan bersama dengan Pemerintah Kota Malang. Alih-alih armada baru, ia lebih senang jika Pemkot Malang dapat menyelesaikan persoalan tersebut. 

"Kami harap Pemkot Malang punya program yang bisa menaikkan pendapatan kami. Mencari solusi dari penyebab yang menjadikan angkot selarang ini sepi," tuturnya. (*) 

Tombol Google News

Tags:

Nasib Sopir Angkot Angkot Kota Malang Kota Malang Angkot Sepi Penumpang Masalah Kota Malang