KETIK, SIDOARJO – DPRD Kabupaten Sidoarjo menyambut ramah para mahasiswa saat berkunjung ke gedung kantor wakil rakyat pada Kamis sore (22/6/2023).
Puluhan mahasiswa Umaha Sidoarjo diterima dengan tangan terbuka. Komisi D menjawab apa saja pertanyaan mereka. Dialog berlangsung hangat dan mahasiswa puas.
Puluhan mahasiswa Umaha datang bergelombang sejak siang. Mengenakan jaket almamater, mereka masuk ke gedung parlemen. Sempat ada yang mengira mereka mau demo.
Namun, ternyata anak-anak muda itu tidak berunjuk rasa. Mereka ingin bertemu para legislator. Beraudiensi, berdiskusi, dan berdialog.
Di dalam ruang paripurna, sudah menunggu Komisi D DPRD Sidoarjo. Ada Ketua Komisi D H Abdillah Nasih. Sekretaris Komisi D H Bangun Winarso. Kemudian, anggota Komisi D H Aditya Nindyatman, H Riza Ali Faizin, dan legislator muda, Zahlul Yussar.
Puluhan mahasiswa Universitas Maarif Hasyim Latif (Umaha) Sepanjang, Taman, itu duduk rapi. Mereka senang dapat sambutan baik para anggota dewan.
Juga, diberi kesempatan luas untuk bertanya apa saja. Ruangan dingin ber-AC membuat mereka nyaman menikmati makanan dan minuman disediakan oleh Sekretariat DPRD Sidoarjo.
Beragam pertanyaan pun muncul dari para mahasiswa. Ada yang bertanya tentang munculnya berbagai atribut kampanye di jalan-jalan raya. Ada pula yang mempertanyakan pembiaran reklame meski isinya tidak seronok. Mengapa tidak ditertibkan. Sebagian juga menanyakan kemungkinan bisa magang di kantor dewan. Termasuk, satu hal yang menurut mereka sangat penting, yaitu soal beasiswa.
”Saya pernah mendaftar. Nilai saya tinggi, tapi mengapa tidak lolos,” tanya salah seorang mahasiswa.
”Saya berharap syarat usia untuk beasiswa sebaiknya dihapus saja,” ungkap Lidya, mahasiswi lainnya.
Bergantian, anggota komisi D menjawab pertanyaan para mahasiswa. Di antaranya, penertiban atribut harus punya dasar jelas. Apakah termasuk ranah KPU, bawaslu atau satpol PP. Misalnya melanggar peraturan daerah. Dipasang di pohon, isi tidak pantas, atau tanpa izin. Satpol PP bisa langsung menertibkannya.
Tamu dan tuan rumah terkesan akrab. Abdillah Nasih, Aditya, Rizza Ali, maupun Zahlul, menyelingi jawaban dengan humor. Mahasiswa juga dimotivasi agar mau berperan dalam berbagai bidang.termasuk politik.
Sebab, belajar politik itu penting untuk bisa berperan dalam memajukan daerah. Jadi punya peluang untuk dapat menyejahterakan masyarakat.
Abdillah Nasih menerangkan soal beasiswa. Salah satunya, mengapa mereka gagal mendapatkan biaya studi itu meski merasa punya nilai tinggi. ”Mungkin saja salah pintu masuk,” ungkap legislator PKB tersebut.
Legislator muda DPRD Sidoarjo Zahlul Yussar memotivasi para mahasiswa untuk belajar politik dan berperan dalam kehidupan masyarakat. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Nasih menjelaskan, memang ada beberapa jalur beasiswa. Ada jalur prestasi akademik, prestasi nonakademik, jalur keluarga tidak mampu, maupun jalur agama. Pintunya pun beda. Ada yang melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora), Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, maupun Bagian Kesra di Pemkab Sidoarjo.
Jenjang beasiswa pun beragam. Dari S-1, S-2 hingga S-3. Baik berkuliah di universitas dalam maupun luar negeri. Syarat-syaratnya pun berbeda. Adapun dinas pendidikan hanya menangani beasiswa untuk tingkat SD dan SMP.
”Kalau punya prestasi olahraga misalnya, daftarnya ya melalui dispora bukan OPD lain. Punya prestasi sebagai hafidz, daftar lewat bagian kesra,” terangnya.
Menurut Nasih, informasi seperti itu harus terus disosialisasikan dengan gencar. Agar peminat tahu dia harus masuk lewat pintu mana untuk dapat beasiswa. Kalau beasiswa tidak bisa ditangani satu pintu, sosialisasinya harus lebih kuat. Nasih meminta organisasi perangkat daerah (OPD) lebih intensif lagi menggalakkan sosialisasi beasiswa untuk masyarakat.”Agar tidak ada kebingungan dari awal,” ujar legistor asal Waru tersebut. (*)