KETIK, MALANG – Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang terus menggencarkan pemberian bantuan stimulan terhadap pelaku UMKM. Hal tersebut sebagai wujud komitmen Pemkot Malang terhadap pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi menjelaskan bantuan seperti alat produksi telah banyak digelontorkan kepada pelaku UMKM.
Pada bulan November 2024 ini, terdapat sekitar 25 pelaku UMKM yang bergerak di bidang makanan dan minuman telah mendapatkan bantuan.
"Kemarin ada tiga continous sealer, enam freezer, satu kompor industri, enam mixer planetary, tiga oven gas, tiga penggiling daging dan tiga showcase. Bantuan diberikan kepada pelaku UMKM yang sudah memiliki izin legalitas, data lengkap, telah dikurasi oleh Diskopindag," ujar Eko, Selasa 12 November 2024.
Eko memastikan sebelum memberikan fasilitasi bantuan tersebut, telah dilakukan jaring aspirasi agar bantuan yang diterima benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelaku UMKM.
"Pemberian bantuan memang sifatnya bottom up. Kita menggali aspirasi keinginan dari UMKM. Jadi yang diberikan memang benar-benar dibutuhkan UMKM tersebut,” katanya.
Eko menyebut bahwa perhatian tersebut termasuk dalam program prioritas yang tengah dijalankan oleh Pj Wali Kota Malang terkait UMKM naik kelas. Salah satu fokus Diskopindag Kota Malang ialah pemberdayaan usaha mikro dan menengah.
“Kita memang berkomitmen untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kota Malang. Harus berkonsentrasi dan fokus pada usaha mikro dan menengah di Kota Malang, terutama dari para pelaku UMKM bahkan dari tingkat RT,” lanjutnya.
Selain bantuan stimulan, Diskopindag Kota Malang juga telah memberikan bantuan pelatihan kepada pelaku UMKM. Sekitar 60 persen pelaku UMKM di Kota Malang telah mendapatkan pelatihan branding, pengemasan, marketing, dan lainnya.
“Hingga bulan Oktober kemarin ada 27.000 UMKM di Kota Malang yang kita data by name by address by product dan 60 persen sudah kita kurasi. Kita berikan legalitas, semuanya adalah gratis. Nanti setiap bulan kita lakukan juga monitoring produksi, dari yang paling kecil hingga menengah,” tutup Eko. (*)