KETIK, SURABAYA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan jumlah kasus mutasi SARS-CoV-2 Omicron dengan subvarian baru yakni BA.4 dan BA.5 melonjak menjadi 1.179 kasus per data 4 Juli 2022. Rinciannya 99 kasus BA.4 dan 1.080 kasus BA.5.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meyakini Omicron baru BA.4 dan BA.5 di Indonesia sudah melewati fase puncak. Pasalnya, berkaca pada negara lain, puncak kasus kedua varian tersebut terjadi pasca 30 hari mencatat subvarian baru atau kenaikan kasus. Terlebih, Menkes menyebut 80 persen dari total kasus CovidOm-19 di Indonesia sudah didominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Efeknya, menurut Menkes, kasus Corona sudah mulai terlihat melandai.
"Kita kenaikannya yang cuma 4 sampai 5 persen dibandingkan dengan puncak sebelumnya, negara-negara lain itu puncak dicapai 30 persenan dari puncak sebelumya, salah satu hal yang menjelaskan adalah memang sero survei terakhir menunjukkan antibodi kita masih tinggi," beber Menkes dalam konferensi pers Senin (4/7).
Untuk memastikan seberapa 'kuat' antibodi yang dimiliki populasi Indonesia, Menkes bakal melanjutkan studi sero survei yang dilakukan seperti Desember dan Maret lalu. Diharapkan, dalam keluar hasil studi sudah keluar sehingga bisa memastikan strategi apa yang bakal dilakukan untuk kebijakan protokol kesehatan dan vaksinasi ke depan.
"Jadi kalau Desember kita sero survei antibodinya sekitar 400 sampai 500-an itu sudah dimiliki oleh 88 persen populasi, itu Maret kemarin kita sero survei 99 persen yang memiliki antibodi sudah di level 3.000, 4.000-an, jauh lebih tinggi," sambung dia.
Data Kemenkes merinci, dari 1.179 kasus tersebut, 527 di antaranya berjenis kelamin laki-laki dan 652 lainnya perempuan. Sebaran pasien berdasarkan usia paling banyak terjadi pada usia produktif 18-59 tahun sebanyak 873 orang.
Sisanya sebanyak 142 orang dari usia 6-17 tahun, 111 orang merupakan warga lansia atau berusia 60 tahun ke atas, 52 lainnya merupakan anak di bawah usia 6 tahun, dan seorang pasien masih dalam tahap identifikasi.
Syahril juga mencatat paling banyak pasien mengalami gejala klinis bersifat ringan yakni 517 orang. Kemudian 96 pasien lainnya mengalami gejala sedang, 36 orang tanpa gejala, dua orang mengalami gejala berat, satu orang kritis, dan tiga orang meninggal dunia. Sisanya masih dalam tahap identifikasi.(*)