Lantik Pengurus Dewan Kesenian, Gus Muhdlor Sampaikan Gagasan Lomba Self Governing Community Berbudaya Antar-RT

Jurnalis: Fathur Roziq
Editor: Muhammad Faizin

30 Oktober 2023 14:02 30 Okt 2023 14:02

Thumbnail Lantik Pengurus Dewan Kesenian, Gus Muhdlor Sampaikan Gagasan Lomba Self Governing Community Berbudaya Antar-RT Watermark Ketik
Gus Muhdlor menerima pemasangan udeng dari Ketua Dewan Kesenian Daerah (Dekesda) Ribut Wijoto setelah pelantikan pengurus Dekesda masa Bakti 2022—2027 di Pendapa Delta Wibawa pada Senin (30/10/2023). (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)

KETIK, SIDOARJO – Perhatian Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali kepada berbagai organisasi sudah terbukti. Selain organisasi pemuda, organisasi profesi, organisasi keagamaan, maupun ormas lain, Bupati Muhdlor juga memberikan atensi besar kepada Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda). Begitu Dekesda menyatakan punya konsep event seni budaya, Gus Muhdlor -sapaan Bupati Muhdlor- langsung mendukung.

”Saya dukung 100 persen. Siapkan konsepnya. Paling lambat awal Januari sudah selesai. Nanti eksekusi di Hari Jadi (Kabupaten Sidoarjo),” ungkap Gus Muhdlor.

Dukungan Gus Muhdlor itu disampaikan saat memberikan sambutan dalam pelantikan pengurus Dekesda masa bakti 2022-2027 di Pendopo Delta Wibawa Senin (30/10/2023). Konsep Dekesda diharapkan bisa dilaksanakan saat Hari Jadi Kabupaten Sidoarjo pada 31 Januari 2024.

Menurut Gus Muhdlor, mem-branding Kabupaten Sidoarjo sebagai kota seni dan budaya tidaklah mudah. Beberapa fase perlu dilewati. Di antaranya, fase positioning dan diferensiasi. Keduanya penting.

Fase positioning mengangkat dan menguatkan hal-hal menarik di Kabupaten Sidoarjo yang relevan dengan kondisi kekinian. Fase diferensiasi sangat penting dilakukan agar Sidoarjo memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lain. Misalnya, beda dengan Surabaya, beda dengan Jogjakarta, dan beda dengan daerah-daerah lain.

Gus Muhdlor menyatakan, Pemkab Sidoarjo akan mengadakan event self governing community bernuansa budaya. Event ini merupakan lomba tingkat rukun tetangga (RT). Setiap RT diberdayakan sebagai komunitas yang mampu mengurus dirinya sendiri.

"Pada zaman dulu, ada tradisi luhur di kampung-kampung yang sangat patut ditiru. Apa itu? Tradisi jimpitan. Jimpitan ini menunjukkan budaya luhur berupa tolong-menolong antarwarga. Masyarakat menjadi guyub dan rukun. Itu budaya founding fathers bangsa ini," ujar alumnus FISIP Unair ini.

Ada RT atau RW yang tradisi jimpitannya masif. sampai-sampai RT atau RW itu punya kas yang nilainya sampai ratusan juta rupiah. Ekonomi masyarakatnya sangat kuat. Dengan begitu, RT atau RW tidak akan sampai kemasukan rentenir atau pinjaman online. Tolong-menolong warga akan menjadi solusinya.

”Izin tolong dibantu event self governing community itu,” ungkap Gus Muhdlor kepada pengurus Dekesda yang baru dilantik.

Ada lomba jimpitan. Ada lomba pos kamling yang paling bagus dengan sistem poskamling yang bagus pula. Hadiahnya tidak main-main. Sampai Rp 300 juta. Konsep itu sedang dimatangkan oleh tim ahli.

Sementara itu, Ketua Umum Dewan Kesenian Sidoarjo (Dekesda) Ribut Wijoto mengatakan, cara efektif agar seni budaya di Kabupaten Sidoarjo tidak terlupakan adalah mengadakan pergelaran event seni budaya.

Event-event seni budaya menjadi salah satu pendukung kesejahteraan masyarakat. Event seni budaya dapat menjadi branding Sidoarjo sebagai destinasi wisata berbasis seni budaya dan otomatis akan meningkatkan ekonomi Sidoarjo,” ucapnya.

Ribut mencontohkan, menurut data Dekesda, terdapat empat warisan budaya yang telah dicatatkan. Di antaranya, Tari Banjar Kemuning, Musik Patrol, Kupang Lontong, dan Udeng Pacul Gowang.

”Keempat warisan budaya itu harus tetap kita lestarikan," tuturnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

Gus Muhdlor sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Dekesda budaya Bupati Sidoarjo Dewan Kesenian Sidoarjo