KETIK, JEMBER – Fast Fashion Waste saat ini menjadi momok yang sering diperbincangkan. Pasalnya, limbah pakaian menjadi salah satu penyumbang tertinggi sampah di dunia akibat perilaku masyarakat yang sering bergonta-ganti pakaian demi mengikuti tren fashion terkini.
Jember Fashion Carnaval (JFC) memiliki misi untuk mengurangi limbah dari fashion berupa sisa kain produksi bahkan limbah tekstil. JFC sebagai lembaga yang bergerak di bidang fashion, memiliki peran penting mengenalkan upcycle fashion pada khalayak ramai.
Salah satunya melalui Artwear Carnival yang ditampilkan pada Jumat (4/8/2023) malam. Ada yang berbeda dari Artwear Carnival, yaitu dengan menonjolkan model pakaian yang digarap oleh puluhan desainer ternama.
Penampilan Artwear Carnival di Jember Fashion Carnaval (JFC), Jumat (4/8/2023) (Foto: Fenna/Ketik.co.id)
Menurut Manager Tim Bubah Alfian, Riecko Komara, Artwear adalah kostum yang lebih nyaman dipakai. “Artwear itu kostum yang dijadiin lebih kecil, ready to wear, lebih nyaman, tidak heboh, tentunya bisa menghibur, masih eye catchy dan gak berat,” jelasnya.
Riecko, sapaan akrabnya, mengatakan bahan yang digunakan tidak hanya limbah pakaian saja, tapi juga dari sampah-sampah lain yang sulit untuk diurai. “Ada yang dari bekas sak semen, juga sampah plastik,” bebernya.
Misi mereka, ingin memberdayakan program upcycle, daur ulang limbah menjadi naik kelas, untuk diteruskan pada gelaran JFC nantinya. “Bumi kita kan semakin tua, sampah makin banyak yaudah kita gunakan sampah yang ada, bukan untuk menambah beban bumi lagi,” kata Riecko.(*)
