KETIK, SURABAYA – Seperti diberitakan sebelumnya, bahwa per 1 Februari ini Pemerintah resmi menerapkan program biodiesel B35.
Hal itu Sesuai Edaran Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 10.E/EK.05/DJE/2022, tentang Implementasi Penahapan Pemanfaatan BBN Jenis Biodiesel Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Solar.
Namun bukan berarti semua mobil diesel boleh mengonsumsinya loh.
Karena sebenarnya penggunaan biodiesel ini menurut beberapa pelaku otomotif, sangat tidak direkomendasikan untuk mobil diesel modern.
Seperti yang pernah diungkapkan Sumarno, mantan trainer mekanik di salah satu pabrikan mobil Jepang, pada awak media.
“Memang ini ini agak sedikit kontradiktif ya antara perkembangan teknologi mesin (mobil diesel), dengan penggunaan bahan bakar biodiesel yang dulu B20, lalu jadi B30 (sekarang naik jadi B35, red),” ujar punggawa Masmun Sukses Motor yang bertempat di Solo, Jawa Tengah ini.
Sebab, lanjut Sumarno, mobil-mobil diesel keluaran sekarang spesifikasi mesinnya, terutama tekanan pompa bahan bakarnya, sudah sangat tinggi.
Ilustrasi mesin diesel common-rail 4N15 dengan MIVEC, turbo, intercooler
Ilustrasi mesin diesel common-rail 4N15 dengan MIVEC, turbo, intercooler (toncil/Otomotifnet)
“Bisa 10 kali lipatnya dari mesin diesel konvensional kayak punya Isuzu Panther. Kalau mobil diesel sekarang yang mesinnya sudah common-rail bisa sampai 1.600 – 2.000 bar,” jelasnya.
Nah, biodiesel atau yang di Indonesia sering kita kenal dengan sebutan biosolar, kata Sumarno secara bahan memang bagus.
Namun campuran minyak nabatinya yang merupakan olahan dari limbah PAO (Palm Acid Oil) yang sudah disesuaikan, punya dampak negatif bila digunakan pada mobil diesel modern.
Apalagi bila kandungan lemak nabati pada PAO atau FAME (Fatty Acid Methyl Ester) membusuk ketika biodiesel disimpan terlalu lama dalam tangki penyimpanan.
“Ini membuat bahan bakar tersebut menurun kualitasnya. Makanya ada istilah solar busuk,” sambung Sumarno.
Injektor mesin diesel bisa cepat rusak jika sering konsumsi BBM diesel kualitas rendah.
Nah, dalam jangka waktu lama pemakaian kendaraan, menurunnya kualitas biodiesel tersebut kata Sumarno bisa menyebabkan clogging pada saluran bahan bakar.
“Bisa menyumbat injektor. Pernah ada kasus injektornya sampai pecah kerena tersumbat dan saking kuatnya tekanan bahan bakar,” ucapnya.
Tak hanya itu, biodiesel juga cenderung punya kadar sulfur tinggi.
Sehingga hasil pembakarannya kata Sumarno lebih cepat menimbulkan kerak karbon.
Nah, pada mobil diesel common-rail ini umumnya sudah dilengkapi teknologi katup Exhaust Gas Recirculation (EGR).
Fungsinya untuk mengalirkan sebagian gas sisa hasil pembakaran, yakni NoX dan HC (hydrocarbon), untuk dimasukkan kembali ke intake manifold, sehingga membuat emisi gas buang jadi lebih rendah.
Selain itu, juga untuk membantu mendapatkan respon pasokan udara yang lebih baik.
“Tugas utama EGR ini sebenarnya adalah untuk menurunkan suhu ruang bakar. Guna menjaga temperatur ruang bakar di bawah 1.500 derajat Celcius,” jelas Sumarno.
Iya juga menjelaskan bahwa betul EGR berfungsi mengontrol emisi gas buang.
Tapi bagaimana cara kerjanya? Yaitu saat suhu ruang bakar terlalu ekstrem dapat menimbulkan Nox pada gas buang.
“Untuk mencegahnya, maka kerja EGR ini akan me-recirculasi gas dari exhaust manifold ke ruang bakar, supaya suhu ruang bakar turun dan nox tidak terbentuk pada gas buang,” jelasnya. (*)