Pemprov Jatim Minta Masyarakat Waspada Penyebaran Penyakit Leptospirosis

Jurnalis: Husni Habib
Editor: M. Rifat

7 Maret 2023 03:32 7 Mar 2023 03:32

Thumbnail Pemprov Jatim Minta Masyarakat Waspada Penyebaran Penyakit Leptospirosis Watermark Ketik
Gubernur Jatim Khofifah saat menyampaikan pemaparan di Gedung Negara Grahadi. (Foto: Husni Habib/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Masyarakat diminta waspada terhadap musim penghujan yang masih melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Hal ini lantaran musim hujan tidak hanya menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir dan juga longsor, namun juga berbagai penyakit yang dapat menyerang masyarakat.

Salah satunya adalah Leptospirosis. Penyakit ini memiliki gejala mirip DBD, namun Leptospirosis bukan disebabkan oleh virus, melainkan oleh bakteri Leptospira.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau seluruh masyarakat Jatim untuk memberi perhatian khusus pada kesehatan dan kebersihan di musim penghujan ini.

"Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus Leptospirosis pada tahun 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus. Kita harus waspada agar jangan sampai kita abai atas problem kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan,” urai Gubernur Khofifah menyampaikan di Gedung Negara Grahadi, Senin (6/3/2023).

Lebih lanjut, Gubernur Khofifah menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menyebar melalui urin dari hewan yang terinfeksi bakteri tersebut dan mengontaminasi lingkungan terutama di lingkungan yang terdapat genangan air dan kontak dengan kulit yang luka/mukosa. Hewan yang terinfeksi bakteri ini tidak mati, namun pada manusia bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini bisa juga menyebar melalui air atau tanah yang sudah terkontaminasi urin hewan terinfeksi. Diketahui, hewan pembawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi, dan lain sebagainya, tetapi tikus merupakan penyebab utamanya.

Foto Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Dr. Erwin Astha Triyono. (Foto:Husni Habib/Ketik.co.id)Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Dr. Erwin Astha Triyono. (Foto:Husni Habib/Ketik.co.id)

Sejauh ini, dari total 249 kasus yang terjadi di Jatim, terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus dengan jumlah kematian 6 orang. Selanjutnya kabupaten Probolinggo sejumlah 3 kasus dengan jumlah kematian 2 orang, Kabupaten Gresik sejumlah 3 kasus, Kabupaten Lumajang sejumlah 8 kasus, Kota Probolinggo sejumlah 5 kasus dengan jumlah kematian 1 orang, Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus dan Kabupaten Tulungagung sejumlah 4 kasus.

Guna mengendalikan kasus Leptospirosis di Jawa Timur, Kadinkes Jatim juga telah menginstruksikan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/ kota untuk meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini dengan pelaporan melalui SKDR yang sudah diverifikasi serta melakukan koordinasi/jejaring dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam penanganan leptospirosis.

Dinkes Jatim juga telah menyiapkan ketersediaan RDT leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan leptospirosis.

“Kejadian leptospirosis tidak hanya berkaitan dengan banjir saja, namun juga terkait dengan air yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri leptospira, seperti tikus, sapi, babi yang ada di sekitar lingkungan manusia. Tak hanya itu, penularan Leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi.” papar Dr. Erwin Astha Triyono selaku Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur.(*)

Tombol Google News

Tags:

Musim Hujan Jawa timur Penyebaran Penyakit Dinkes Jatim Khofifah Leptospirosis Urine Tikus