KETIK, PALEMBANG – “Semoga mereka tidak melupakan kami.”
Kalimat itu terucap saat Ahmad Musholi (44) memasukkan surat suara ke kotak suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 019, Kelurahan 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 3, Kota Palembang, Rabu 27 November 2024.
Dari lembaran surat suara itu, Musholi menyisipkan sebuah harapan besar bagi calon kepala daerah yang nantinya terpilih untuk menjabat selama lima tahun ke depan. Salah satunya adalah, dia dan rekan-rekan sesama disabilitas lainnya tak terabaikan dari kaca mata pemerintah.
“Kita juga masyarakat, kita ingin mendapat perhatian juga dari pemerintah,” kata Musholi.
Saat ini, Musholi tinggal di Kompleks Tuna Netra, tepatnya di RT 30 Kelurahan 8 Ilir, Kecamatan Ilir Timur 3, Kota Palembang. Dia bersama keluarganya tak pernah absen dari Pesta Demokrasi.
Setiap kali dia memasukkan surat suara, doanya hanya satu, yakni menginginkan perubahan. Perubahan yang dimaksud Musholi adalah perubahan ke arah yang lebih baik, perubahan di mana para penyandang disabilitas mendapat perhatian yang sama rata layaknya masyarakat lainnya.
Pria itu juga kerap kali berdoa agar diberikan pemimpin yang dipilih karena karamah dan kebijaksanaannya, bukan pemimpin yang dipilih karena istidraj dari Allah SWT. Sebagai seorang Muslim, dia sangat takut akan hal itu.
“Semoga Allah memberikan pemimpin yang terbaik, pemimpin yang terpilih karena karamahnya, bukan karena istidraj Allah,” ungkap Musholi.
Selain Musholi, warga penyandang tuna netra lainnya juga turut mengikuti pencoblosan surat suara di TPS tersebut, salah satunya Susilo (35). Susilo merupakan warga berdarah Palembang yang telah mengharumkan nama Sumatera Selatan (Sumsel) di kancah olahraga nasional.
Susilo adalah atlet goalball yang pernah menyabet medali perak di ajang Pekan Paralimpiade Nasional 2016. Sama seperti Musholi, Susilo juga ingin lebih diperhatikan oleh pemerintah.
Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah sudah lebih baik dalam hal memperhatikan dan mengayomi para penyandang disabilitas, khususnya bagi para atlet. Dia juga merasa bahwa pada Pilkada kali ini, dirinya merasa lebih diayomi.
Meski demikian, Susilo merasa bahwa masih ada sejumlah kekurangan pada perhatian pemerintah terhadap para penyandang disabilitas.
Pasangan suami istri penyandang tuna netra di Kota Palembang, Susilo dan Riska berpose dengan menunjukkan tinta tanda telah melakukan pencoblosan, Rabu 27 November 2024. Keduanya merupakan atlet goalball yang sudah mengharumkan nama Sumatera Selatan di kancah olahraga nasional. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)
Menurutnya, pemerintah masih bisa melakukan langkah lebih tegas untuk menyejahterakan orang-orang disabilitas. Sebagai kaum minoritas, Susilo menginginkan hak-hak sosial yang setara seperti kaum mayoritas.
“Harapannya pemimpin baru nanti akan memperhatikan kaum-kaum minoritas seperti kami dari segala hal, segala sisi,” tuturnya.
Dari Pilkada untuk masyarakat yang lebih baik
Pengurus Rumah Disabilitas Sriwijaya (RDS), Joyo mengungkapkan, hingga hari ini, warga binaannya masih sering merasakan lapar dan haus. Salah satu penyebabnya adalah, mereka tidak memiliki ruang untuk berwirausaha layaknya masyarakat umum.
Dia bercerita bahwa perjuangannya untuk menggapai jaminan hidup kaum disabilitas masih dianggap sebelah mata. Tak jarang, warga binaannya menganggur. Mereka menanti peluang supaya bisa nyenyak saat tidur.
“Sejauh ini kami di RDS mengandalkan penghasilan dari berjualan sapu lidi buatan warga binaan. Itu pun yang beli cuma Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, mereka belinya setahun sekali. Lebih dari itu, kami tidak ada penghasilan lain,” ungkapnya.
Joyo mengaku, dia sudah berkali-kali menjajakan produk buatan warga binaannya ke mana-mana. Namun, tak banyak cuan yang terkumpul.
Dia menilai bahwa peluang terbesar para disabilitas untuk hidup adalah melalui kewirausahaan. Sebab dengan keterbatasan yang dimiliki, kaum disabilitas hanya bisa mengerjakan sejumlah pekerjaan tertentu.
Sebagai orang yang selalu berinteraksi dengan para penyandang disabilitas, Joyo mengharapkan adanya renungan bagi para pemimpin daerah, bahwa semegah-megahnya kota dibangun, masih ada masyarakat kecil yang terpinggirkan.
“Kita harapkan pemerintah baru nanti bisa melihat lebih jauh mengenai keadaan kami di pinggiran. Para disabilitas juga butuh perhatian khusus,” tutup Joyo. (*)