KETIK, BATU – Kelompok pengusaha 9 Naga akan tergantikan dengan munculnya fenomena kebangkitan para taipan daerah yang dijuluki 9 Haji.
9 Haji menjadi julukan baru bagi taipan lokal yang memiliki usaha batubara, emas hingga sawit di Indonesia. Para taipan ini sedang mengubah peta kekuatan ekonomi nasional.
Taipan adalah seorang pengusaha yang sangat kaya dan berpengaruh, terutama di kawasan Asia. Istilah ini pertama kali digunakan pada abad ke-19 untuk menggambarkan para pengusaha Barat yang sukses menjalankan bisnis besar di wilayah Tiongkok.
Istilah taipan tidak hanya terbatas pada pengusaha Tiongkok atau Barat, tetapi juga digunakan untuk menyebut pengusaha lokal yang memiliki kekayaan dan kekuasaan besar.
Berikut sembilan pengusaha yang dijuluki 9 Haji tersebut.
1. Haji Isam
Siapa tak kenal dengan pemilik nama lengkap Samsudin Andi Arsyad ini. Ia adalah Raja Batubara dari Kalimantan Selatan.
Haji Isam memiliki Bisnis utama di sektor pertambangan batubara melalui PT Jhonlin Baratama, yang menjadi tulang punggung perekonomian Kalimantan Selatan.
Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini kini mengendalikan Jhonlin Group - kerajaan bisnis dengan aset triliunan rupiah. ia memiliki rumah megah seluas 20 hektar di Batu Licin.
2. Hadji Kalla
Kalla Group yang berdiri sejak 1952 telah menjadi institusi bisnis di Sulawesi yang dipimpin oleh keluarga mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kelompok usaha ini menguasai distribusi otomotif untuk merek ternama seperti Toyota dan Kia di seluruh Indonesia Timur.
Kekuatan utama mereka terletak pada jaringan dealer yang tersebar di empat provinsi Sulawesi. tidak hanya itu, Kalla Grup juga didukung oleh bisnis logistik dan penyewaan kendaraan skala besar.
3. Haji Aksa
Muhammad Aksa Mahmud atau Haji Aksa berhasil membangun Bosowa Group - salah satu grup bisnis terbesar di Indonesia Timur. Pabrik semen Bosowa di Maros menjadi tulang punggung bisnis Haji Aksa.
Tak hanya itu, Haji Aksa juga aktif dalam proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, termasuk pembangunan jalan tol di Makassar dan Jabodetabek.
4. Haji Rasyid
Pemilik nama lengkap Abdul Rasyid AS ini adalah Taipan industri sawit di Kalimantan Tengah. Melalui Citra Borneo Indah Group, ia menguasai perkebunan sawit seluas 115.000 hektar melalui PT Sawit Sumbermas Sarana.
Haji Rasyid dikenal sebagai filantropis yang aktif mendukung pembangunan masjid dan fasilitas umum di daerahnya.
5. Haji Leman
Almarhum Abdussamad Sulaiman HB atau Haji Leman adalah ikon bisnis Kalimantan Selatan. Ia merupakan perintis Hasnur Group pada 1966. Hasnur Group yang dibangunnya kini telah berkembang menjadi konglomerasi multisektor. Mulai dari pertambangan batubara, perkebunan, pelayaran, hingga klub sepak bola PS Barito Putera.
Bahkan, Hasnuryadi Sulaiman, salah satu putra Haji Leman saat ini telah berhasil membawa bisnis pelayaran keluarga ke lantai bursa melalui PT Hasnur International Shipping.
6. Haji Ijai
Muhammad Zaini Mahdi atau Haji Ijai adalah Konglomerat Batubara. Bisnisnya yang berbasis di Kabupaten Tapin melalui PT Batu Gunung Mulia mampu memproduksi 2 juta ton batubara per bulan.
Bisnisnya tidak hanya bergerak di produksi, tetapi juga trading batubara untuk pasar ekspor.
Gaya hidupnya yang mewah dengan koleksi mobil Ferrari dan rumah berpangkalan helikopter pribadi adalah salah satu bukti kesuksesannya.
7. Haji Anif
Anif Shah, Raja Sawit yang membangun ALAM Group dari nol di Sumatera Utara. Awalnya hanya memiliki 1.500 hektar kebun sawit di Langkat, kini ia menguasai 30.000 hektar perkebunan yang tersebar di Sumut hingga Riau.
8. Haji Robert
Robert Nitiyudo Wachjo atau Haji Robert adalah bukti bahwa kekuatan ekonomi baru bisa muncul dari wilayah paling timur Indonesia. Melalui PT Nusa Halmahera Minerals, ia menguasai tambang emas Gosowong di Halmahera Utara setelah berhasil mengakuisisi saham mayoritas dari perusahaan Australia.
9. Haji Ciut
Muhammad Hatta atau Haji Ciut merupakan pengusaha batubara dari Kalimantan Selatan.
Rumahnya yang dilengkapi helipad pribadi dan koleksi mobil mewahnya menjadi simbol baru kekayaan di Kalimantan Selatan. Meski kerap dikritik karena gaya hidupnya yang glamor, tidak bisa dipungkiri bahwa bisnisnya telah menciptakan lapangan kerja bagi ribuan warga di Kalimantan Selatan. (*)