KETIK, SIDOARJO – Bersyukurlah bila keluarga Anda sehat, punya harta, lebih-lebih kaya raya. Di Kelurahan Pucang Anom, Kota Sidoarjo, ada keluarga dengan anak penderita autoimun. Kekuatan mereka adalah doa. Yang mereka punya adalah semangat berjuang.
Ini cerita dari sebuah sudut sempit Kabupaten Sidoarjo. Tepatnya, Lingkungan Jasem, Kelurahan Pucang Anom, Kecamatan Kota Sidoarjo. Kota dengan segala cita-citanya nan megah. Banyak ambisi siap diraih.
Sementara, masih ada warga yang tidak berdaya. Papa. Hidup di rumah yang sangat sederhana. Di sanalah, bocah Arla (samaran) terbaring lemah. Luas rumah itu tak sampai 50 meter. Pintu menghadap sungai.
Hati anggota DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori terusik. Informasi masuk ke ponselnya pekan lalu. Disebutkan bahwa Arla tinggal bersama kakak, dan adiknya. Sang ibu, Mei Ria, mengasuh putra-putrinya dengan doa. Ditopang kesabaran yang tak terhingga.
Arla telah berusia 12 tahun. Namun, berat badannya cuma 11 kilogram. Tinggi badan hanya 109 cm. Jauh dari tinggi dan berat badan normal anak-anak seusianya. Antara 15 sampai 20 kg. Tubuhnya kurus, kecil, dan kering.
Di usia yang masih sangat belia, Arla memiliki kulit seperti orang lanjut usia. Yang terlihat seakan kulit dan tulang. Dokter mendiagnosis bocah perempuan itu menderita penyakit autoimun. Autoimun terjadi saat sistem kekebalan yang menyerang tubuh sendiri. Rentan terhadap penyakit apa pun.
”Sering mendadak sesak napas. Dada sakit. Harus istirahat,” kata Mei Ria.
Kondisi itu terjadi saat umur balita Arla menjelang 6 bulan. Petumbuhan melambat. Keluarga mulanya mengira itu kurang gizi. Gagal tumbuh kembang (stunting). Sulit bagi keluarga itu mengatasi masalahnya sendiri.
Ayah mereka bekerja di pabrik. Kakak Arla putus sekolah. Adiknya masih kelas II SD. Yang dimiliki keluarga itu adalah sang ibu dengan ketabahan tinggi. Merawat anak-anak dengan sabar. Berjuang. Semampunya.
Untunglah Puskesmas Sekardangan sudah turun tangan. Ahli gizi pun memantau langsung kondisinya. Asupan gizi Arla diperhatikan. Namun, yang terjadi lebih mengkhawatirkan daripada sekadar kurang gizi atau stunting. Arla menderita autoimun. Sejak lahir.
”Kalau stunting lebih bisa cepat ditangani,” ungkap Kepala Puskesmas Sekardangan dr Halimah Salim MKes.
Karena Arla mengalami autoimun dan merupakan bawaan sejak lahir, perawatan perlu dilakukan berkesimbungan, yaitu pengobatan paliatif. Pengobatan paliatif adalah perawatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau mengancam jiwa.
Bertahun-tahun sejak itu, ibunda Arla, Mei Ria, selalu mengantar putrinya berobat. Rabu (5 Februari 2025) lalu, Mei mengantar Arla ke RSUD dr Soetomo Surabaya. Berboncengan sepeda motor Honda butut. Dari pagi hingga petang.
Arla sedang belajar bersama teman-temannya di SDN Pucang Anom, Sidoarjo. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo M. Dhamroni Chudlori yang berkunjung ke rumahnya tidak bisa bertemu Arla. Dia menunggu hingga sore. Namun, yang ditunggu-tunggu belum datang juga. Dhamroni berpesan agar dirinya dihubungi lagi begitu Arla dan ibunya sedang berada di rumah.
Pada Jumat pagi (7 Februari 2025), datanglah lagi Dhamroni. Kepala Puskesmas Sekardangan dr Halimah sudah menunggunya. Rupanya, Arla dan ibunya sudah berangkat ke sekolah. SDN Pucang Anom, Sidoarjo.
Dhamroni dan dr Haliman pun segera menyusul ke sana. Di kelas, Arla duduk terselip di antara teman-teman sekolahnya. Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo M. Dhamroni Chudlori tampak menahan air matanya saat bertemu Arluna. Dia berusaha tersenyum. Meski, rasa sedih menghunjam jantung wakil rakyat di DPRD Sidoarjo itu.
Ayah satu anak itu tak mau merusak belajar anak-anak di kelas VI, SDN Pucang Anom, Sidoarjo. Mereka tampak ceria. Begitu pula Arluna. Jari-jarinya terlihat sedang menggambar dua buah kotak di buku tulis.
”Assalaamualaikum. Halo Anak-Anak. Apakah di sini semua sayang Arla,” ungkap Dhamroni yang didampingi Diah Enda Wiyarsih, Kasek SDN Pucang Anom.
"Sayaaaang,” jawab anak-anak. Mereka menyambut ramah kedatangan anggota DPRD Sidoarjo itu.
”Kalau lulus nanti mau sekolah di mana?” tanya Dhamroni.
”SMPN 3,” sahut murid-murid.
”Wah, nanti bisa bareng Arla terus ya. Katanya juga mau melanjutkan ke SMPN 3,” tambah Dhamroni lagi.
”Iyaaaaa, Pak,” ucap anak-anak. Berbarengan.
Dhamroni lega karena teman-teman Arla begitu peduli. Mereka tidak membeda-bedakan apa pun kondisinya. Kepedulian itu tentu sangat berarti bagi kelanjutan belajar Arla di SMP negeri nanti.
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo H Dhamroni Chudlori bersama Kepala Sekolah SDN Pucang Anom Diah Enda Wiyarsih, para guru, dr Halimah, dan Mei Ria, ibunda Arla, membahas nasib Arla di ruang kepala sekolah. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Kasek SDN Pucang Anom Diah Enda Wiyarsih SPd mengaku sangat terkesan dengan Arla. Semangat muridnya yang luar biasa itu sangat besar. Dengan kondisinya yang seperti itu, Arla tekun belajar. Dia juga percaya diri.
”Itu yang membuat kami terharu. Ingin melayani dengan sebaik-baiknya,” ungkap Diah Enda. Dia berterima kasih ada anggota DPRD Sidoarjo yang begitu peduli.
Kepada Dhamroni, Mei Ria mengatakan ingin sekali putrinya bisa tetap bersekolah. Arla mendapatkan kesempatan seperti anak-anak lain seperti apa pun kondisinya. Ada dokter yang ”memvonis” bahwa Arla tidak bakal mampu bertahan terlalu lama dengan kondisinya itu.
”Tapi, kan umur manusia tidak ada yang tahu,” ungkap Mei Ria kepada legislator PKB DPRD Sidoarjo tersebut.
Matanya berkaca-kaca. Menahan sedih yang mungkin sudah tidak terasa sakit lagi. Karena sudah bertahun-tahun lamanya dia hadapi. Dengan sabar. Pasrah. (bersambung)