KETIK, BLITAR – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti Balai Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jumat malam 13 Juni 2025. Itu ketika ratusan petani dari berbagai Gapoktan berkumpul dalam kegiatan sosialisasi bertajuk “Pancasila Sumber Toleransi dalam Keberagaman dan Kemajemukan Masyarakat Indonesia.”
Kegiatan ini menjadi bukti nyata komitmen Guntur Wahono, S.E., Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, dalam memperkuat jati diri bangsa sekaligus memperjuangkan aspirasi petani yang selama ini kerap terpinggirkan.
Dalam sambutannya, Guntur menegaskan bahwa Pancasila bukan sekadar simbol atau dokumen negara, melainkan ruh hidup berbangsa yang semestinya hadir di semua lini kehidupan—termasuk sektor pertanian. Ia menyoroti pentingnya nilai-nilai gotong royong, keadilan sosial, dan kebersamaan sebagai fondasi dalam membangun ketahanan pangan nasional.
“Petani itu bukan sekadar profesi. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam urusan perut rakyat Indonesia. Ketahanan pangan tidak dimulai dari rak-rak supermarket, tapi dari sawah dan ladang yang mereka garap setiap hari,” tegas Guntur Wahono di hadapan peserta yang memenuhi ruangan.
Turut hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blitar, Toha Mashuri, S.Sos, MM, yang menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan yang menggabungkan pembinaan ideologi kebangsaan dengan dialog nyata tentang persoalan-persoalan pertanian.
Kegiatan ini pun tidak sekadar menjadi seremoni. Setelah sesi pemaparan, dibuka ruang diskusi langsung antara petani dan wakil rakyat. Forum itu pun berubah menjadi medan curhat yang jujur dan konstruktif. Salah satu keluhan paling mendesak yang mencuat adalah kesulitan petani dalam mendapatkan akses terhadap bahan bakar solar untuk mesin pertanian.
“Sekarang ini mau beli solar untuk traktor saja susahnya luar biasa, Pak. Sering kali kami harus antre panjang, belum lagi dibatasi jumlahnya. Padahal kami butuh untuk panen dan tanam,” ujar salah seorang petani yang hadir.
Menanggapi hal ini, Guntur tidak tinggal diam. Ia menyatakan komitmennya untuk mengawal persoalan tersebut sampai ke tingkat kementerian.
“Saya tidak akan biarkan suara panjenengan hanya berhenti di sini. Masalah solar ini bukan keluhan sepele—ini soal keberlangsungan hidup petani dan ketahanan pangan nasional. Saya akan sampaikan langsung ke pemerintah pusat agar regulasi pembelian solar bersubsidi bisa disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan,” jawab Guntur disambut tepuk tangan para petani.
Lebih dari sekadar dialog, kegiatan ini juga menjadi momen refleksi bagi para peserta untuk kembali meneguhkan semangat gotong royong dan nasionalisme dalam menghadapi tantangan zaman. Guntur pun menutup acara dengan ajakan untuk terus memperkuat organisasi tani dan tidak ragu menggunakan jalur-jalur konstitusional untuk memperjuangkan hak-hak petani.
“Jangan pernah lelah bersuara. Kita ini satu tubuh—saya wakil panjenengan di parlemen, dan panjenengan adalah nadi dari kehidupan bangsa. Mari terus jaga nilai-nilai Pancasila dan jadilah agen perubahan di tengah masyarakat,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang menyentuh akar rumput dan perhatian nyata terhadap permasalahan petani, Guntur Wahono kembali menegaskan dirinya bukan hanya sebagai legislator, tetapi juga sebagai penggerak harapan di tengah masyarakat desa yang sering kali terlupakan. (*)