KETIK, SIDOARJO – Ziarah Makam Wali 5 Perwabi Sidoarjo berjalan lancar. Semua anggota mengikuti ziarah. Hujan deras pun diterjang demi bisa ngalap berkah dari kealiman para wali penyebar ajaran Islam di Pulau Jawa. Perjuangan yang tidak mudah.
Sekitar pukul 12.30, tibalah rombongan dua bus Perwabi Sidoarjo di Makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Makam itu adalah pusara ayah Raden Rahmat atau Sunan Ampel. Lokasinya berada di Desa Gisikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.
Para peserta berduyun-duyun turun. Berziarah bersama ke makam ulama besar yang lahir di Samarkand (Uzbekhistan), Asia Tengah, pada abad ke-14 tersebut. Bupati Swasta dan Gus Habib yang memimpin rombongan mengingatkan emak-emak tak bersuami itu untuk selalu berdoa.
Semoga Allah SWT menjaga Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Subandi-Mimik agar sukses memimpin Kabupaten Sidoarjo. Keduanya adalah pemimpin yang sebenarnya bagi Sidoarjo. Adapun Bupati Swasta bukanlah jabatan. Hanya singkatan.
”Bupati Swasta kependekan dari berjuang untuk pastikan hati dan suara warga Sidoarjo tercinta,” terang Sujani.
Dia kembali mengajak para peziarah untuk mendoakan pimpinan baru Sidoarjo tersebut. Juga masa depan Kabupaten Sidoarjo agar lebih baik. Tidak usah berpikir disangoni atau tidak. Dapat imbalan atau tidak. Berdoa yang ikhlas. Doa yang ikhlas meskipun kecil bisa berdampak besar.
”Es teh saja bisa menjadi rezeki miliarah rupiah,” tutur Sujani lagi. Selesai berdoa, semua peserta diberi kesempatan untuk sholat, bersih-bersih, dan makan. Sesuai pilihan masing-masing.
Pukul 14.00, rute ziarah berlanjut ke Makam Syekh Maulana Ishaq di Desa Kemantren, Paciran, Lamongan. Syekh Maulan Ishaq disebut-sebut sebagai ayah Sunan Giri. Penyebar agama Islam di wilayah Banyuwangi yang dulu bernama Blambangan. Setelah menyembuhkan penyakit seorang putri, ulama sakti ini dinikahkan oleh sang raja.
Namun, lama-kelamaan, penguasa Kerajaan Blambangan memusuhinya. Sehingga, Maulana Ishaq kemudian pindah ke Lamongan dan wafat di Paciran. Di sana, rombongan kembali berdoa bersama. Sholawat Nariyah terdengar merdu. Tahlilan khusyuk berjalan.
Jamaah peziarah dari Perwabi Sidoarjo berdoa di Makam Syekh Maulana Ishaq di Paciran, Lamongan. (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Setelahnya, sebagian peziarah mengambil air dari sumur untuk dibawa pulang. Hal yang sama dilakukan di pesarehan-pesarehan wali lainnya. Rombongan kemudian diberi kesempatan untuk healing di Pantai Kemantren. Menikmati kopi, gorengan, es degan, di warung pinggir laut.
Cerita-cerita hidup terungkap dari sebagian perempuan yang memilih hidup sendiri sebagai janda itu. Di antaranya, sebut saja Bu Nyai. Wanita 40 tahunan itu adalah mantan istri seorang pengasuh ponpes yatim piatu. Dia ikut berjuang. Dar awal.
Saat itu, 2000-an, Bu Nyai bersama sang suami mengasuh anak-anak yatim piatu. Sebagian adalah bayi-bayi telantar. Lahir tanpa dikehendaki kedua orang tua. Terbuang di dalam kardus. Teronggok di pinggir jalan.
Berbagai keajaiban menyertai perjuangan Bu Nyai. Sampai pondok anak yatim itu besar. Punya sekolah. Anak-anaknya pun mendapatkan kesempatan menjadi warga Sidoarjo. Punya akte kelahiran, punya ijazah, punya hak hukum yang sama dengan anak-anak lain. Bu Nyai memilih pisah karena sang suami menikah dan menikah lagi.
”Ada sesuatu yang menurut saya sudah tidak benar,” ungkap Bu Nyai yang sampai saat ini tetap mengasuh anak-anak yatim piatu dengan status sebagai single parent.
Ada banyak cerita-cerita lain tentang anggota Perwabi Sidoarjo ini. Ada mantan kepala desa, penyanyi, pengusaha, dan sebagainya. Semua memiliki kisah hidup yang berbeda-beda. Pahit, getir, susah, bahagia. Mudah tersentuh. Sering tertawa. Terkadang menangis.
Mereka lega karena diajak bergabung di Perwabi. Bisa bersilaturahmi. Korcam Perwabi Gedangan Mardiyah mengatakan ingin mengajak teman-temannya sesama janda untuk menjadi anggota Perwabi. Keinginan itu pun diiyakan.
”Semoga tambah saudara, tambah pengetahuan juga,” ungkap Mardiyah.
”Tambah jodoh juga gitu lho,” celetuk yang lain lantas tertawa.
Bu Ayu, anggota baru, mengaku senang bisa bergabung dengan Perwabi Sidoarjo. Sangat bersemangat. Dia tidak keberatan bila ditunjuk menjadi pengurus. Bendahara misalnya.
”Kalau Allah dan semuanya ridho, saya senang diberi kesempatan yang terbaik dari Pak Bupati Swasta,” ucapnya singkat.
Korcam Waru Lilik Abidah juga senang bisa ikut ziarah Wali 5 yang difasilitasi Bupati Terpilih H Subandi tersebut. Bersyukur ketemu dengan anggota Perwabi dari seluruh kecamatan di Sidoarjo.
”Itu saja,” ucapnya lantas menangis.
Bu Titin, Korcam Perwabi Kecamatan Sidoarjo, juga berterima kasih atas perhatian Bupati Terpilih Subandi dan Wakil Bupati Mimik Idayana. Termasuk, Bupati Swasta Sujani sebagai ketua Perwabi.
”Insya Allah kita akan berjalan berus dengan kebaikan-kebaikan,” ungkap Bu Titin.
Korcam Perwabi Sedati Bu Rani juga berharap kegiatan Perwabi tidak berhenti sampai Ziarah Wali 5 ini saja. Ada kegiatan-kegiatan positif lainnya. Tapi, yang pasti, emak-emak dari Sedati sangat senang dengan kebersamaan ini.
”Semua teman-teman dari Sedati sangat happy. Terima kasih atas wisata ziarah hari ini,” ungkapnya.
Foto bersama rombongan peziarah sebelum melanjutkan perjalanan dari Tuban kembali menuju Lamongan. (Foto: FAthur Roziq\Ketik.co,id)
Hal senada disampaikan perwakilan Perwabi dari Wonoayu, Prambon, Sukodono, dan lain-lainnya. Mereka kini saling mengenal dari seluruh Kabupaten Sidoarjo.
Bu Asih, Korcam Perwabi Buduran, menambahi. Dirinya senang telah direkrut menjadi anggota dan korcam. Semua anggota Perwabi adalah saudara seperjuangan.
”Terima kasih juga untuk Pilot dan Co-Pilot (sopir dan kru) yang telah mengantar kita semua,” ujarnya.
”Lho kok nyebut-nyebut Pak Sopir juga ya. Gak bahaya ta? Jangan-jangan sudah punya nomer HP-nya ini,” celetuk Sujani disambut tawa senang.
”Jangan khawatir. Saya restui kalau sama-sama bujangan,” tegasnya.
Di antara ratusan janda anggota Perwabi itu, ada Nunuk Sukarini, mantan Kades Pagernumbuk, Kecamatan Wonoayu. Dia mengaku senang bisa diajak ziarah. Bersama-sama para ibu single. Para perempuan yang merasakan senasib seperjuangan.
”Terima kasih Pak Buwas yang dengan sabar momong ibu-ibu janda ini. Kecuali saya yang sudah tidak janda lagi (sudah menikah lagi),” ungkap Nunuk yang sekarang menjadi koordinator para mantan Kades di Sidoarjo.
Nunuk yang punya beragam usaha itu siap menjalin persaudaraan, seduluran selawase. Kuncinya hidup, pesan dia, adalah jangan menyimpan sakit hati atau roso mangkel. Mau membantu orang lain meskipun yang tidak senang terhadap diri kita.
Contohnya Pak Bupati Subandi. Nunuk mengaku selalu percaya dengan kebaikan Subandi. Sosok pemimpin yang perhatian kepada masyarakat.
”Jangan khawatir kepada Pak Subandi. Orangnya baik. Alhamdulillah,” ungkapnya disambut tepuk tangan.
Ziarah Wali 5 Perwabi berakhir di makam Sunan Drajat. Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Hujan deras menyambut kedatangan rombongan yang tiba lepas maghrib. Angin pun berhembus kencang. Sempat ada yang ragu. Enggan turun dari bus.
Namun, karena sudah bertekad ziarah, Bupati Swasta Sujani pun mengajak rombongan turun. Menuntaskan niat ziarah untuk para pemimpin dan masa depan Kabupaten Sidoarjo itu. Hujan lebat dan angin kencang diterobos. Hanya berpayung banner.
Semua rombogan pun ikut turun. Menuju makam Sunan Drajat yang juga putra Sunan Ampel tersebut. Peziarah duduk bersila di salah satu sudut makam. Ada pula yang masuk cungkup makam.
Mereka melantunkan sholawat, tahlil, dan doa bersama. Agar Bupati Terpilih dan Wakil Bupati Subandi-Mimik sukses memimpin. Masa depan Kabupaten Sidoarjo semakin baik. (Habis)