KETIK, SURABAYA – Surabaya, sebagai kota metropolitan di Jawa Timur, menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan akibat sampah popok sekali pakai.
Menurut data dari Lingkungan Hidup Surabaya dengan jumlah balita mencapai sekitar 140.000 dan rata-rata penggunaan tiga popok per hari, diperkirakan ada sekitar 420.000 popok yang dibuang setiap harinya di kota ini.
Masalah ini tidak hanya berdampak pada kebersihan lingkungan tetapi juga mengancam kesehatan masyarakat.
Popok sekali pakai mengandung bahan kimia yang sulit terurai, seperti plastik dan gel penyerap, yang dapat mencemari tanah dan air. Ketika dibuang sembarangan, terutama ke sungai seperti Kali Brantas, popok ini dapat melepaskan mikroplastik yang berbahaya bagi ekosistem air dan kesehatan manusia.
Kepala DLH Surabaya Dedik Irianto. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Hal ini dijelaskan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Dedik Irianto mengungkapkan bahayanya popok sekali pakai untuk lingkungan.
"Ya, bahwa selama ini itu sungai-sungai di kota Surabaya, terutama Bantas ya, itu sudah ada penelitiannya. Ditemukan jutaan popok sekali pakai dan sebagainya dan popok sekali pakai itu kan bahannya, bahan kimia gelnya, itu kan bisa merusak ekosistem," jelasnya pada Ketik.co.id Jumat 25 April 2025.
Faktor pembuangan popok ke sungai
Banyak masyarakat yang memegang kepercayaan bahwa membuang popok bayi ke sungai dapat mencegah bayi mengalami iritasi atau ruam kulit.
Jika dibuang ke sungai, popok akan mencemari air, membunuh ekosistem sungai, dan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari.
Potret tumpukan sampah popok sekali pakai di Surabaya. (Foto: Khaesar Utomo/Ketik.co.id)
Dedik juga menjelaskan masyarakat masih percaya dengan adanya mitos jika popok bayi dibuang di sungai, maka dari itu Pemkot Surabaya terus melakukan sosialisasi di beberapa wilayah.
Selain itu, Dedik mengungkap Pemkot Surabaya juga melakukan uji coba pemakaian popok dan pembalut daur ulang di Kecamatan Pabean Cantikan.
"Sejumlah 530 bayi, nah keuntungannya yang pertama dari lingkungan, lingkungan itu jadi bersih, tidak ada popok berserakan di kampung itu," paparnya.
Dedik juga menjelaskan manfaat penggunaan popok daur ulang dari segi ekonomi, jelas lebih murah bagi orang tua karena hanya perlu membeli satu kali bisa digunakan berkali-kali.
"Dari sisi ekonomis warga juga bisa menghemat belanja popoknya, tapi memang harus dicuci. Kemudian dari kesehatan juga ada hasilnya, kajiannya itu bisa mengurangi iritasi, kemudian ruam-ruam dan sebagainya," jelas Dedik.
Pembuatan Popok dan Pembalut Dikerjakakan Disabilitas
Selain itu, Dedik juga menyinggung soal pembuatan popok dan pembalut yang bisa digunakan kembali atau reusable ini dikerjakan oleh para disabilitas Kota Surabaya.
"Kemudian yang menjahit itu juga ada disabilitas dan sebagainya yang membantu keluarga membutuhkan.
Jadi tujuannya memang untuk menyelamatkan bumi ini," papar Kadis DLH Surabaya.
Harapan Pemkot Surabaya
Mengenai imbuan Wali Kota Surabaya soal penggunaan popok dan pembalut reusable ini, Dedik berharap masyarakat beralih ke hal tersebut karena lebih ekonomis sekaligus mengurangi beban kerusakan lingkungan.
"Ya harapannya, terutama yang bayi ya, dan yang lansia juga, itu bayi dan lansia ya beralih ke popok yang pakai ulang, sehingga bisa mengurangi beban kerusakan lingkungan, dan popok ini baru bisa terurai kalau dibuang ke tanah itu bisa terurai itu 100 tahun lebih gitu," jelas Dedik.
Sebelumnya, Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, penggunaan popok bayi dan pembalut sekali buang penggunaannya harus dikurangi. Jika penggunaannya tidak dikurangi sejak dini, maka akan bisa merusak lingkungan ke depannya.
Oleh sebab itu, ia mengimbau kepada masyarakat di Surabaya agar menggunakan popok bayi dan pembalut yang bisa gunakan ulang.
“Seperti diketahui kalau popok yang sekai buang itu sulit untuk didaur ulang, dihancurkan, sehingga itu bisa merusak lingkungan hidup. Karena itulah kita mengedukasi masyarakat, ayo kita menggunakan popok yang bisa digunakan kembali,” kata Wali Kota Eri.
Menurutnya, bahan yang digunakan popok sekali pakai dan popok yang bisa digunakan kembali itu berbeda. Bahan popok sekali pakai akan sulit didaur ulang, sedangkan bahan popok yang bisa digunakan kembali, bahannya bisa dengan mudah dihancurkan.
“Kalau lingkungan terjaga, lingkungan itu bersih, maka insyaallah hidup kita juga akan menjadi hebat,” ujarnya.
Eri mengungkapkan, popok sekali pakai itu masih menjadi masalah serius pencemaran air sungai Kali Brantas. Karena dari hasil temuan komunitas Peduli Sungai Surabaya hingga saat ini masih menemukan banyak popok bayi di sepanjang aliran sungai Kali Brantas.
“Itu banyak popok yang ditemukan bukan dari Surabaya, tapi ditemukan di Surabaya. Akan tetapi kami juga harus mengubah (kebiasaan) warga Surabaya agar tidak menggunakan popok kemudian dibuang ke sungai,” pungkasnya. (*)