KETIK, SURABAYA – Menjelang Hari Raya Idulfitri, pusat perbelanjaan di Surabaya umumnya mengalami lonjakan pengunjung yang signifikan. Namun, tidak semua mal merasakan peningkatan tersebut.
Beberapa mal tetap sepi meski berada di momen puncak belanja seperti Lebaran.
Berikut adalah lima mal di Surabaya yang cenderung sepi, beserta perbandingannya dengan mal yang ramai dikunjungi menjelang Lebaran
1. City of Tomorrow (Cito) Mall
Terletak di Jalan Ahmad Yani No. 288, Cito Mall dulunya merupakan pusat perbelanjaan yang ramai. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, mal ini mengalami penurunan jumlah pengunjung. Banyak stan yang tutup dan suasana mal tampak lengang. Penjaga stan bahkan mengeluhkan sepinya pengunjung hingga merasa mengantuk saat berjaga.
2. Marvell City Mall
Marvell City Mall dikenal sebagai salah satu mal yang kurang populer di Surabaya. Kondisinya yang sepi membuatnya kurang diminati oleh pengunjung, bahkan dianggap sebagai mal yang mulai dilupakan oleh warga Surabaya sendiri.
3. Surabaya Town Square (Sutos)
Surabaya Town Square, atau Sutos, yang terletak di Surabaya Selatan, juga mengalami penurunan jumlah pengunjung. Beberapa waktu lalu, seorang musisi lokal terkejut melihat kondisi mal yang sepi saat berkunjung.
4. Lagoon Avenue Mall Sungkono
Mal ini sering disebut sebagai LAVES, adalah mal gaya hidup yang terletak di kawasan superblok Grand Sungkono Lagoon, Surabaya.
Lokasinya yang strategis di persimpangan kawasan CBD Jalan HR Muhammad - Mayjend Sungkono dan dekat dengan Gerbang Tol Satelit memudahkan akses bagi pengunjung dari berbagai penjuru Surabaya.
5. Jembatan Merah Plaza (JMP)
JMP adalah pusat perbelanjaan di Surabaya yang dikenal sebagai tempat berbelanja berbagai produk tekstil, pakaian, aksesoris, dan elektronik. Terletak di kawasan Jembatan Merah yang bersejarah, JMP telah menjadi salah satu pusat grosir dan ritel yang populer sejak didirikan.
Sejak pandemi Covid-19, jumlah pengunjung JMP mengalami penurunan drastis. Persaingan dengan e-commerce dan pusat perbelanjaan modern membuat banyak pedagang mengalami kesulitan. (*)