KETIK, SITUBONDO – Ketika mengikuti acara peluncuran dan bedah buku Situbondo Kota Sederhana di Pendopo Kabupaten, Bupati Situbondo Yusuf Rio Wahyu Prayogo menegaskan pihaknya komitmen untuk tak alergi terhadap kritik publik, Rabu 23 April 2025.
Mas Rio, panggilan akrab Bupati Situbondo, menegaskan bahwa ruang publik yang sehat dan dialektika merupakan salah satu bagian dari proses demokrasi demi mewujudkan kebijakan yang rasional.
“Oleh karena itu, saya mendorong mahasiswa dan masyarakat untuk tidak berhenti menyampaikan kritik terhadap pemerintahan yang saya pimpin,” ucap Mas Rio.
Mahasiswa dan masyarakat, sambung Mas Rio, dia minta tidak berhenti mengkritik. Bisa mengkritik melalui audiensi, demonstrasi, atau jejaring yang lain. “Saya juga merespons terhadap kritik terhadap keberadaan Tugu Anyer-Panarukan yang menurutnya salah secara historis dan fungsi,” tambah Mas Rio.
Mas Rio menjelaskan, pembangunan jalan Panarukan-Anyer itu dibangun oleh Daendels pada 1856. Batasnya bukan sampai di Jembatan Sabrang tapi di Pelabuhan Panarukan. “Tugu Anyer-Panarukan harus diperbaiki, karena salah, secara historis salah,” tegasnya
Tak hanya itu yang disampaikan Mas Rio. Dia menyebut bahwa dirinya merupakan bagian dari generasi muda Situbondo yang lahir dari kegelisahan akan stagnasi pembangunan dan minimnya ruang partisipasi masyarakat.
“Saya ingin membuka seluas-luasnya akses dialog antara pemerintah dan publik. Saya menyiapkan mentalitas sebagai seorang pemimpin untuk siap dikritik, berdialog demi kebaikan dan kemajuan Kabupaten Situbondo. Saya menolak label pemimpin yang otoriter. Kepemimpinan saya bersandar pada prinsip keterbukaan dan partisipasi,” tegas Mas Rio.
Dia mengatakan, anak muda asli Kabupaten Situbondo yang sudah menjadi Bupati ini, imbuh Mas Rio, bukan anak muda yang feodalistik, yang tidak mau dikritik dan tidak mau diberi masukan.
“Saya tegaskan bahwa sebagai pemimpin Situbondo, saya tidak alergi dikritik oleh siapa pun,” pungkas Mas Rio. (*)