KETIK, SURABAYA – Lebih dari lima negara setidaknya sudah mendeteksi Omicron BN.1, termasuk Amerika Serikat, Austria hingga India. Menurut pakar epidemiologi Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia, bukan tidak mungkin BN.1 sudah masuk ke Indonesia di tengah mobilitas tinggi.
"Bahwa kemungkinan varian BN.1 ada di Indonesia tentu ada ya, sekali lagi ketika antara penemuan kasus di Eropa, Inggris, sudah lebih dari satu minggu tentu besar kemungkinan ada," terang dia, Kamis (17/11/2022).
Subvarian Omicron BN.1 yang disebut bisa lolos dari kekebalan pasca divakasinasi Covid-19. Hal ini memicu kekhawatiran infeksi SARS-CoV-2 kembali menyebabkan gejala berat.
"Walaupun ini umumnya akan lebih dulu ada dan terdeteksi di kota-kota besar. Adapun potensinya relatif sama dengan sebelumnya XBB, makin ke sini turunan Omicron makin pintar mengatasi antubodi dari infeksi maupun vaksinasi," sambung dia.
Dicky kemudian mewanti-wanti tren semacam itu cukup mengkhawatirkan lantaran bisa membuat vaksin menjadi kurang efektif. Namun, dipastikan, mendapatkan vaksinasi COVID-19 lebih baik ketimbang tidak divaksinasi sama sekali.
Sebulan yang lalu, para peneliti mencatat subvarian Omicron BN.1 menginfeksi 100 orang di Amerika Serikat. Namun pada saat ini, kasus dari subvarian tersebut telah mengalami peningkatan yang sangat pesat di negara tersebut. Karenanya, para peneliti menduga subvarian baru ini sangat menular dibandingkan subvarian atau varian Covid-19 lainnya.
Para ilmuwan juga telah menandai subvarian tersebut kemungkinan memiliki sifat lolos-kekebalan yang tinggi, dan potensi untuk bersaing dengan varian atau subvarian lainnya. (*)