Menag Nasaruddin Umar: Cinta dan Kolaborasi Kunci Lawan Ujaran Kebencian Berbasis Agama

19 Juni 2025 12:27 19 Jun 2025 12:27

Thumbnail Menag Nasaruddin Umar: Cinta dan Kolaborasi Kunci Lawan Ujaran Kebencian Berbasis Agama
Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar. (Foto: dokumentasi Kemenag RI)

KETIK, JAKARTA – Kementerian Agama RI bersama Institut Leimena, Nasaruddin Umar Office, The Voice of Istiqlal, dan Templeton Religion Trust menggelar webinar internasional bertajuk “Menebarkan Cinta: Mempromosikan Kolaborasi Lintas Iman dalam Melawan Ujaran Kebencian”.

Kegiatan dalam rangka Hari Internasional Melawan Ujaran Kebencian ini diikuti ribuan peserta dari berbagai negara secara daring, dengan bahasa Indonesia dan Inggris.

Webinar ini menghadirkan tokoh nasional dan internasional dari berbagai latar belakang, meliputi pemuka agama, diplomat, hingga akademisi.

Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar, yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal, menjadi pembicara kunci. Dalam paparannya, ia menegaskan bahwa ujaran kebencian berbasis agama (religious hate speech) mengancam kohesi sosial bangsa.

Religious hate speech sangat berbahaya karena menggunakan sentimen agama sebagai alat pemecah belah. Bila kita benar-benar mencintai NKRI, maka kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus bersama-sama melawan segala bentuk ujaran kebencian, apalagi yang bersembunyi di balik atau mengatasnamakan agama,” tegasnya.

Dalam webinar ini, Prof. Nasaruddin memperkenalkan buku terbarunya "Jihad Melawan Religious Hate Speech" sebagai upaya meningkatkan kesadaran publik dalam memerangi intoleransi dan kekerasan verbal berbasis agama.

Seruan ini didukung oleh Dr. Muhammad Adib Abdushomad, Kepala PKUB Kementerian Agama, yang memaparkan berbagai inisiatif Kemenag. Salah satunya adalah Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), bagian dari program Pelayanan Keagamaan yang Berdampak dalam Asta Protas Kemenag.

“PKUB telah menyusun konsep cinta dalam perspektif agama-agama yang dihidupkan dalam bentuk pertemuan lintas iman antar pelajar dan guru agama, kunjungan ke rumah ibadah seperti Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, serta kegiatan lintas komunitas lainnya. Cinta dan kasih sayang adalah titik temu sekaligus pengikat kerukunan dalam keberagaman,” ujar Gus Adib.

Dengan menyoroti pentingnya kolaborasi global dalam menanggulangi ujaran kebencian, webinar ini turut diisi oleh pembicara internasional, yaitu Rashad Hussain (mantan Duta Besar AS untuk Kantor Kebebasan Beragama Internasional), Yuyun Wahyuningrum (Direktur Eksekutif ASEAN Parliamentarians for Human Rights), Alexander Rieger (Kementerian Luar Negeri Austria), dan Dr. Chris Seiple (University of Washington).

Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai aktor penting dalam diplomasi antaragama global melalui forum ini. Ini menunjukkan bahwa upaya membumikan nilai cinta dan toleransi tidak hanya agenda nasional, melainkan kontribusi nyata Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia. (*)

Tombol Google News

Tags:

Nasaruddin Umar Menag Nasaruddin Umar religious hate speech ujaran kebencian berbasis agama Ujaran kebencian