‎Menko Pangan Zulhas Akan Jadikan Telur Alat Negosiasi Tarif Trump ke AS ‎

9 April 2025 07:08 9 Apr 2025 07:08

Thumbnail ‎Menko Pangan Zulhas Akan Jadikan Telur Alat Negosiasi Tarif Trump ke AS  ‎ Watermark Ketik
‎Kandang Ternak Ayam Petelur Arum Sabil Farm Jember Jawa Timur. (Foto: Dok. Ketik.co.id)

KETIK, BATU – ‎Komoditas telur memiliki peluang menjadi alat negosiasi yang jitu Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) terkait pengenaan tarif impor.‎

‎Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia berpotensi besar memasok telur ayam konsumsi ke AS karena negeri paman Sam tersebut salah satu negara yang terkena wabah HPAI.

HPAI atau Flu Burung yang sangat patogen adalah penyakit yang sangat menular dan mematikan pada unggas.

‎"Selain ke AS, Indonesia juga berpotensi besar memasok telur ayam konsumsi ke negara-negara yang sedang mengalami gangguan produksi akibat wabah HPAI," katanya kepada awak media, Rabu 8 April 2025.‎

‎Menurut pria yang akrab disapa Zulhas itu, saat ini AS tengah defisit telur. Sehingga harganya mencapai USD 4,11 atau setara Rp 68 ribu. Sedangkan di Indonesia saat ini telur tengah mengalami surplus nasional hingga 288,7 ribu ton atau setara 5 miliar butir per bulan.

‎"Salah satu negara yang terkena wabah tersebut adalah AS. Saat ini AS tengah defisit telur sehingga harganya mencapai USD 4,11 atau setara Rp 68 ribu," tambahnya.

‎Tidak hanya telur, stok beras secara nasional, urai Zulhas juga tercukupi. Dikatakannya, Bulog baru saja mendapatkan tambahan stok 800 ribu ton beras. Sehingga total stok beras Indonesia saat ini mencapai 2,8 juta ton.

‎"Kemarin saya cek, Bulog sudah dicek, yang baru tambah 800 ribu (ton). Berarti ditambah 2 juta (ton), stok beras kita 2,8 juta," tambah Ketua Umum PAN tersebut.

‎Selain itu, kata Zulhas, beras Indonesia juga bisa menjadi salah satu komoditas yang berpotensi untuk ekspor ke depannya.‎

‎Berdasarkan prediksi Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia hingga April 2025 akan mencapai 13,9 juta ton, sedangkan kebutuhan nasional rata-rata 2,6 juta ton per bulan, yang berarti Indonesia surplus beras sebesar 3,5 juta ton.

‎"Bapak Presiden sudah jauh hari mengantisipasi bahwa perdagangan itu akan terjadi hal-hal seperti ini (tarif resiprokal), sudah jauh hari kan. Oleh karena itu, Presiden selalu menekankan, kita harus berdaulat terutama di bidang pangan, kita tidak boleh tergantung," jelas mantan Ketua MPR tersebut.

‎Sebelumnya, Zulhas mengatakan Pemerintah Indonesia segera melakukan diplomasi dengan AS untuk mengantisipasi tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.‎

‎"Soal tarif, saya sudah koordinasi juga sama Pak Menko Ekonomi, Pak Airlangga. Tentu kita harus melakukan segera, secepatnya untuk melakukan diplomasi," ujar Zulhas.

‎Zulhas menyampaikan Indonesia-AS merupakan dua negara yang saling membutuhkan. Menurutnya, AS merupakan negara pemasok kedelai nomor satu di Indonesia.

‎Ia menekankan tidak ada perang dagang atau tarif balasan untuk AS. Zulhas menyebut hal tersebut masih bisa dinegosiasikan.

‎"Kita kan nggak soal balas membalas, kita nggak gitu. Kita melakukan pembicaraan diplomasi. Karena kita lihat, kita ini saling membutuhkan, ya. Saya kira diplomasinya Pak Menko akan menyelesaikan semuanya," ujar Zulhas. (*)

Tombol Google News

Tags:

telur   Menko Pangan Amerika Serikat Tarif Ekpor Zulkifli Hasan