Soroti Sampah MBG, DLH Jatim: Perlu Ada Pengelolaan di Setiap Daerah

Jurnalis: Siti Fatimah
Editor: Mustopa

27 Januari 2025 12:31 27 Jan 2025 12:31

Thumbnail Soroti Sampah MBG, DLH Jatim: Perlu Ada Pengelolaan di Setiap Daerah Watermark Ketik
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun DLH Jatim, Subarja ketika ditemui Ketik.co.id di ruang kerjanya (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)

KETIK, SURABAYA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Timur menyoroti sampah dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang berpotensi berdampak bagi sekitar. 

Ini disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun DLH Jatim, Subarja. 

Kepada Ketik.co.id, Subarja mengatakan bahwa MBG berpotensi memberikan dampak luar biasa bagi lingkungan dibandingkan dengan kantin yang terbatas. 

"Menurut saya ini luar biasa dampaknya dibandingkan dengan kantin. Karena sifatnya serentak, meskipun secara daerah belum merata," kata Subarja, Selasa, 21 Januari 2025.

Apabila program ini berjalan serentak di 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur, sambungnya, tentu sampah yang dihasilkan sangat besar. 

Oleh karena itu, penting adanya pengelolaan di setiap daerah. Dengan kata lain, pendampingan dan edukasi sangat diperlukan dari kabupaten/kota terhadap sampah sisa-sisa makanan maupun tempatnya.

Ia menyatakan dukungannya terhadap MBG, namun di sisi lain harus melihat dampak sampah dari program ini.

"Mungkin bagaimana itu dikelola untuk dijadikan sirkular ekonomi lagi. Termasuk pemanfaatan maggot untuk sampah organik dan 3R (reduce, reuse, recycle)," terangnya.

Subarja menanggapi pengelolaan sampah MBG di Sidoarjo yang diubah menjadi kompos.

Dia menegaskan sebenarnya tidak hanya sampah MBG yang bisa dijadikan kompos, tetapi masyarakat bisa melakukan itu pada sampah organik sehari-hari. 

Selain itu, dia menjelaskan langkah yang bisa dilakukan kabupaten/kota untuk menangani masalah sampah ke depan. Yakni menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk membuat MoU pengelolaan sampah. 

"MoU silang lah, antara dinas pendidikan dan DLH. Mungkin pihak sekolah langsung di bawah dinas pendidikan, ada DLH, ada juga DLH Provinsi. Kira-kira nanti kebijakan apa yang dikeluarkan," sambungnya. 

Subarja berpesan, MBG ini adalah program baik yang jangan sampai menimbulkan masalah-masalah lain terutama soal sampah.

Dari sini, program MBG bisa menjadi momen pembelajaran bagi peserta didik bagaimana memilah sampah. Ketika makanannya tidak habis, mereka harus dikenalkan bagaimana memisahkan sampah organik dengan non organik.

Terlebih sebelumnya pemerintah pusat telah membangun program sekolah Adiwiyata yang mengajarkan peserta didik cara mengelola sampah dan merawat lingkungan. 

"Sasaran paling penting itu edukasi kepada anak-anak. Setelah makan, nggak habis itu dikasih contoh harus memilah. Di sekolah sudah gitu mestinya nanti," terangnya. 

Subarja menambahkan, sebelum adanya program MBG, DLH Jatim sudah melakukan banyak pembinaan dan edukasi kepada masyarakat. Salah satunya dengan membentuk program Berseri yang menyasar desa dan kelurahan se-Jawa Timur. 

"Ini program inovasi, di Indonesia satu-satunya hanya di Jawa Timur. Ada 8.501 desa dan kelurahan, DLH Jatim sudah mencoba sejak tahun 2012," jelas Subarja.

'Ada 6 indikator di program Berseri dan saya buat 40 persennya adalah pengolahan sampah. Bagaimana ruang terbuka hijaunya, bagaimana konservasi energi dan airnya. Jadi melekat itu Berseri," terangnya. 

Sementara itu, Subarja juga menyebut persoalan sampah MBG nantinya sangat bisa untuk bekerja sama dengan pegiat lingkungan.

Seperti sebelumnya DLH Jatim berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk melakukan pembinaan sampah rumah tangga melalui program CSR.

"Kami tidak henti-hentinya melakukan pembinaan dan edukasi. Banyak hal kalau soal sampah itu," katanya. (*)

Tombol Google News

Tags:

DLH Jatim Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur Sampah MBG Makan bergizi gratis Pengelolaan Sampah