Plt Bupati Sidoarjo Subandi telah membangun optimisme baru bagi jurnalis. Saat Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024, terang-terangan meminta pers rajin mengkritik. Kritik yang disimpan bisa menjadi bencana di kemudian hari.
”Teman-teman jurnalis sahabat pemerintah. Saya ingin terbuka. Silakan kritik lewat berita. Kita bisa tahu kinerja pemerintah juga dari media,” ungkap Plt Bupati Sidoarjo Subandi di Hotel Luminor Sidoarjo Rabu (29 Mei 2024).
Langsung yakin? Tentu tidak. Saya bukan orang yang mudah nggumun. Sudah terlalu banyak pejabat yang menyampaikan hal serupa kepada media pers. Di depan publik. Ujung-ujungnya, ketika dikritik keras, akhirnya baper (terbawa perasaan) juga. Banyak pembisik masuk dan mengadu domba. Kemudian, diam-diam, jurnalisnya dimusuhi. Dikucilkan.
Namun, perlahan-lahan, tapi pasti. Kata-kata Abah Subandi (sapaan akrabnya) itu terus mendekati kebenaran. Selama menjabat Plt Bupati Sidoarjo, Subandi selalu merespons cepat berita-berita tentang sorotan tajam terhadap kondisi Sidoarjo.
Jalan rusak. Banjir. Pelayanan publik yang buruk. Penanganan aset. Lelang proyek. Mutasi pegawai. Penyimpangan program pemerintah juga tidak luput dari perhatian. Semua segera direspons.
Selain itu, ada permintaan pula untuk memberikan masukan-masukan. Solusi-solusi. Abah Subandi tidak segan memanggil orang yang dinilai mampu memasukkan kritik yang berbobot. Lebih-lebih solutif.
Hingga kemarin (19 Januari 2025), sikap Abah Subandi itu tidak berubah. Pernyataan itu ditegaskan lagi. Langsung kepada media-media yang selama ini ”membantu” memenangi Pilkada Sidoarjo 2024 lalu. Kurang lebih begini pernyataannya di Hotel Aston Sidoarjo.
”Saya minta teman-teman media (tetap kritis). Silakan beritakan. Tulis yang benar. Saya tidak ingin jika tidak ada yang mengingatkan. Jangan sampai kebijakan kami merugikan masyarakat dan tidak ada yang mengingatkan.”
Mak Mimik (sapaan Hj Mimik Idayana) juga punya permintaan senada. Para wartawan jangan menulis yang baik-baik saja. Menyebarlah sampai ke desa-desa untuk mengangkat potensi daerah. Satu hal lagi yang saya camkan: jangan menjiplak tulisan orang lain. Jangan copy paste!
”Jangan cuma diganti judulnya ya.”
Tentu saja komitmen dan konsistensi Subandi itu membesarkan hati. Artinya, pilihan teman-teman tidak salah. Ruang kritik yang begitu luas merupakan ”nikmat yang tidak boleh didustakan” oleh jurnalis. Terima kasih, Pak Bupati dan Bu Wakil Bupati Terpilih.
Mudah-mudahan Abah Subandi tetap istiqomah sampai setelah pelantikan dan menjabat Bupati Sidoarjo bersama Wakil Bupati Hj Mimik Idayana nanti. Membantu Pasangan BAIK adalah pilihan yang tepat. Bentuk nyata komitmen anti korupsi, salah satunya, transparansi. Terbuka kepada media.
Abah Subandi menegaskan sikap anti korupsi. Mendorong media pers untuk aktif mengontrol pemerintahan. Mengawasi pelaksanaan program pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Tentu saja, Bupati dan Wakil Bupati yang seperti ini patut didukung.
Artinya, atmosfir baru media benar-benar akan mewarnai sepak terjang insan-insan pers untuk ikut membangun Kabupaten Sidoarjo. Kontrol terhadap pemerintahan semakin kuat. Pencegahan kasus-kasus penyimpangan lebih ketat.
Atmosfer baru ini akan berdampak positif signifikan. Bila stakeholders lain mengikutinya. Patuh. Terutama, jajaran pemerintah daerah. Sekretaris daerah, inspektorat, dinas, badan, bagian, dan lain-lain seharusnya menyelaraskan kesiapan serupa. Bersiap-siaplah. DPRD Sidoarjo, alhamdulillah, sudah bertekad menuju ke sana.
Itulah tantangan Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo 2025--2030. Saya yakin tantangan tersebut berlaku untuk semua jurnalis yang berkiprah di Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya yang membantu Pasangan BAIK. Tim Sukses Pilkada Sidoarjo 2024 sudah dibubarkan.
Namun, yang perlu diingat. Tantangan ini sekaligus sebagai kesempatan introspeksi bagi jurnalis sendiri. Siapkah kita untuk mampu bekerja secara profesional. Menjadi jurnalis yang benar-benar jurnalis. Yang mampu segera gasss pol. Yang belum cepat-cepatlah belajar jika menjadi jurnalis memang pilihan.
Mengkritik perlu skill, seni, dan nyali. Niat baik. Objektivitas. Tanpa benturan kepentingan (conflict of interest). Jangan mengkritik jika sekaligus ikut bermain.
Kritik media pers harus jernih. Benar. Faktual dan akurat. Datanya valid. Jauh dari insinuasi, pretensi negatif, dan tendensi titipan. Apalagi, menjurus fitnah yang menyerang keluarga atau pribadi. Sudah ada buktinya. Bukankah Bupati dan Wakil Bupati juga manusia. (*)
*) Fathur Roziq, redaktur dan jurnalis senior Ketik.co.id yang bertugas di Sidoarjo
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
*) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id
**) Ketentuan pengiriman naskah opini:
• Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
• Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
• Panjang naskah maksimal 800 kata
• Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
• Hak muat redaksi