KETIK, JAKARTA – Dilaporkan hingga hari ini (5/8/2024) sedikitnya 280 orang telah menjadi korban dari gelombang protes di Bangladesh yang sudah berlangsung dari awal Juli 2024.
Puluhan ribu pengunjuk rasa itu menuntut Perdana Menteri Sheikh Hasina mengundurkan diri. Dari jumlah korban tersebut, data yang tewas masih simpang siur.
Aljazeera melaporkan sejak awal Juli ada 200 orang yang menjadi korban meninggal di peristiwa ini. Sementara NBC News mengabarkan 150 yang menjadi korban jiwa.
Pemerintah Bangladesh memberlakukan jam malam di Dhaka dan kota-kota lain di seluruh negeri hingga pemberitahuan lebih lanjut. "Hari Senin, Selasa dan Rabu juga dinyatakan sebagai hari libur nasional untuk meredakan kekacauan yang terjadi," tulis Reuters dalam laporan mereka.
Seperti diketahui, sejak awal Juli, rangkaian aksi protes mahasiswa telah menyebabkan kerusuhan besar-besaran, pertumpahan darah, dan kekacauan di seantero Bangladesh.
"Para demonstran yang protes di jalanan kini sudah bukan lagi mahasiswa. Tapi teroris bersenjata yang ingin menggangu stabilitas negara," ucap Hasina dalam rilis resmi Pemerintah Bangladesh dilansir NBC News.
Pengunjuk rasa menuntut penghentian sistem kuota, yang mengalokasikan 30 persen posisi pemerintah untuk anggota keluarga veteran perang 1971.
Mereka mengklaim adanya diskriminasi dan favoritisme terhadap pendukung Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang partainya memimpin gerakan kemerdekaan. (*)