KETIK, JAKARTA – Melakukan perjalanan dengan pesawat lebih mengasyikkan dibandingkan perjalanan laut atau darat. Anda akan disuguhkan banyak pengalaman sebelum take off hingga pesawat landing.
Sensasi lainnya adalah instrumen keselamatan transportasi yang cukup lengkap. Awak pesawat akan memandu penggunaan keselataman transportasi di dalam kabin. Harapannya agar penumpang tahu apa yang harus dilakukan saat pesawat dalam keadaan darurat.
Misalnya pengoperasian pintu darurat, penggunaan life vest, sabuk pengaman, dan kantung udara. Tapi ada satu pertanyaan yang sering muncul dan banyak yang belum tahu.
Mengapa penutup jendela pesawat harus terbuka saat lepas landas atau mendarat? Ada banyak teori dari pertanyaan tersebut. Misalnya berkaitan dengan tekanan udara di dalam kabin.
Tapi teori itu kemudian dibantah. Dalam sebuah pernyataan yang ditulis Bandara Internasional Schipol Amsterdam, Belanda menyebutkan terbukanya jendela bukan semata-mata untuk menyaksikan pemandangan di luar kabin.
Lebih tepatnya pada standar keselamatan transportasi udara pada saat sebelum lepas landas atau jelang mendarat. Di mana seluruh awak kabin diharuskan menyaksikan kondisi di luar jendela. Baik dari sayap pesawat, keadaan di sekitar runway, dan cuaca.
“Lepas landas dan mendarat merupakan momen paling berisiko dari setiap penerbangan. Terbukanya jendela bukan soal awak kabin ingin melihat apa yang terjadi di luar. Lebih tepatnya menyangkut keselamatan perjalanan pesawat,” bunyi pernyataan sebagaimana dikutip dari Mirror awal Mei lalu.
Alasan lain agar awak pesawat bisa mengidentifikasi keadaan yang berpotensi menjadi darurat. Setidaknya awak pesawat dengan sigap melakukan mitigasi risiko terhadap keselamatan penumpang.
“Saat evakuasi, tidak boleh membuang waktu hanya untuk membuka penutup jendela. Ini penting,” bunyi pernyataan United Association of Flight Attendants Pramugari Maskapai Penerbangan.(*)
