KETIK, SURABAYA – Peringatan Hari Ibu menjadi momen untuk mengingat betapa besar peran seorang ibu dalam hidup manusia. Setiap ibu adalah sosok pahlawan luar biasa yang memiliki kekuatan dan keberanian untuk membangun dunia beserta generasi penerusnya lebih baik.
Tak terkecuali para ibu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang memiliki perjuangan luar biasa, ketegaran tak ada habisnya, dan tekadnya begitu kuat demi masa depan anak-anaknya.
Dia adalah Bonny Dewayanti. Perempuan luar biasa yang memiliki ABK dengan diagnosa Autism Spektrum Disorder.
Perjalanannya menjadi inspirasi bagi siapapun karena berhasil mengantarkan anak-anaknya menjadi sosok berprestasi di tengah kekurangan. Bagaimana kisahnya?
Diagnosa Autism
Bonny Dewayanti baru mengetahui anak pertamanya, Muhammad Aden Hadi mengalami Austism Spektrum Disorder saat usianya menginjak 2 tahun.
Pada awalnya, perempuan asli Surabaya ini sempat merasa ada yang berbeda dengan Aden, saapan akrab anak pertamanya yang belum bisa berbicara dan hiperaktif di usia 1 tahun.
Aden kecil juga seringkali tidak menghiraukan arahan dan sapaan dari siapapun. Dia seakan memiliki dunia sendiri dan suka menyendiri.
"Hyperaktifnya masyaallah, lari-lari, saya sampai lari-lari. Dia kalau saya ajak itu ke tempat umum saya pegang terus, kalau enggak dia hilang. Saya enggak tahu waktu itu dia sakit apa, dia kenapa," ceritanya, Selasa, 10 Desember 2024.
Bonny mulai bertanya-tanya ada apa dengan anak pertamanya. Hingga suatu ketika, saat dirinya masih menjadi guru di salah satu sekolah internasional di Denpasar, Bonny mendapatkan pertanyaan tentang autism dari wali murid.
"Ada ibu-ibu itu tanya ke saya, autis itu apa. Saya jawab apa ya ibu ya, waktu itu saya belum paham. Autis itu pokoknya suka menyendiri, hidup dalam dunia sendiri. Saya tahunya cuma itu saja," sambungnya menirukan percakapannya dengan ibu tersebut.
Tak puas dengan jawabannya tersebut, Bonny dan suami mulai mempelajari lebih dalam apa itu autism. Baik melalui buku, majalah, grup email Milis, dan sebagainya.
“Zaman dulu kan masih belum gencar internet, ya ada, tapi cuma adanya grup milis di email. Ada juga buku Intisari, kami langganan waktu itu, kami baca (tentang autis) kok sama kayak anak saya,” katanya heran.
Kepada Ketik.co.id, dia menyebut ciri-ciri autis persis dengan informasi yang saat itu dia dapatkan.
“Persis kayak begitu, telat ngomong, kalau dipanggil enggak noleh, muter-muter. Terus saya bilang ke papanya, akhirnya memutuskan pulang ke Jawa untuk periksa. Kan Bali waktu itu sarana kesehatan masih kurang,” terang Bonny.
Singkat cerita, setelah melalui beberapa kali pemeriksaan, Aden didiagnosa Autism Spektrum Disorder ringan oleh psikiater.
“Awalnya didiagnosa sama dokter tumbuh kembang itu tuli, tapi anak ini sebenarnya dengar. Cuma waktu dipanggil itu enggak mau datang. Akhirnya diperiksakan lagi, tegak diagnosa oleh psikiater kalau Aden autis,” jelas perempuan 5 anak ini
Aden memberikan produk buatannya kepada mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan (Foto: @adenhadi)
Berlian yang Terpendam
Sembari terus mempelajari tentang autism, Bonny memutuskan mengambil terapi perilaku untuk Aden.
Terapi ini mengajarkan anak autism bagaimana cara berperilaku, seperti cara duduk dengan tenang, latihan fokus, membedakan warna, dan sebagainya.
“Terapi Lovaas yang efektif dilakukan dengan durasi 48 jam seminggu. Jadi, Aden lihat! Aden pegang warna merah! Kalau nggak pegang merah dia mau pegang biru, itu “Tidak! Pegang Merah!,” ujar ibu sekaligus penulis buku Bukan Cerita Biasa ini menirukan cara terapi Aden.
Saat ditemui di rumahnya, Bonny mengaku memiliki anak autis sangat membutuhkan biaya, usaha, dan kesabaran besar. Bonny sempat resign dari pekerjaannya dan menjadi volunteer terapi anak autism, demi Aden.
“Saya resign waktu itu, berat sekali aslinya karena kan biaya yang dibutuhkan besar. Tapi saya percaya sama Allah soal rezeki, saya belajar nerapi Aden. Saya izin ke tempat terapi jadi volunter tanpa bayaran,” ungkapnya
Kegigihan Bonny untuk terus belajar tentang austism sangat besar. Dari situ dia mendapat kesempatan mengikuti pelatihan tentang austism secara gratis.
“Itulah modal utama saya jadi terapis Aden. Padahal pelatihan itu kalau bayar mahal sekali,” sambungnya.
Perjuangan Bonny lambat laun membuahkan hasil manis. Perkembangan Aden terbilang cukup pesat hingga tumbuh menjadi sosok mandiri, gigih, dan cerdas.
“Dia akhirnya memahami, dan bisa baca 1 kata itu usia 4 tahun kurang. Saya merasa anak ini sebenarnya pintar, matematika hitung-hitungan cepat, memorinya kuat,” tegasnya.
Di hadapan Ketik.co.id, Bonny sempat membuktikan kecerdasan Aden. Praktisi ABK ini menanyakan tentang spesifikasi terbaru mobil Toyota lengkap dengan fiturnya. Aden berhasil menjawab dengan cepat.
“Rangga sama GR 86 dan Supra. Speknya bagus, mewah dua pintu dua-duanya. Fiturnya kan kayak Lamborgini sama Porsche,” jawab Aden tanpa ada jeda.
Menurut Psikolog Anak dan Remaja, Laksmi Widjajanti, S.Psi, Aden memang memiliki IQ di atas rata-rata, yakni 112.
Laksmi menjelaskan bahwa kekhasan anak autis sebenarnya ada pada gangguan komunikasi dan sosialisasi. Dalam arti, anak autis cenderung fokus pada dirinya sendiri
“IQ Aden kalau tidak salah 112. Dia bagus dan bapak ibunya saya tahu bagaimana mengawal Aden sampai seperti ini, sangat optimal. Jadi semua hal yang Aden suka itu dioptimalkan di situ sehingga satu per satu kelihatan kemampuannya Aden,” jelasnya saat ditemui Ketik.co.id di kesempatan berbeda.
Raih Beasiswa dan Jadi Pengusaha
Progres perkembangannya cukup pesat. Setelah mendapatkan didikan optimal dari kedua orang tuanya, Aden lambat laun bisa belajar mandiri, bahkan berhasil mendapatkan full beasiswa di Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Pemuda 25 tahun ini telah menyelesaikan studinya di Fakultas Teknik Unesa Jurusan S1 Pendidikan Tata Boga.
Saat ini sepeninggal ayahnya, Aden semakin gencar menyalurkan bakat minatnya di bidang tata boga dengan menjadi pengusaha makanan dan minuman “Aden Snack & Drink”.
Dia memiliki banyak produk buatannya sendiri, mulai dari beef kebab hitam, beef kebab putih, jamu sinom, susu kurma, siomay, dan lain-lain.
Bahkan produk Aden Snack pernah beberapa kali menyabet prestasi membanggakan. Seperti Juara 2 Kategori KIBM Award Tingkat Nasional Divisi Disabilitas dari Pusat Prestasi Nasional (2020) dan Juara 3 Unesa Business Competition 2021 Kategori Scale-Up Business.
Bonny juga mengatakan, anak pertamanya ini mahir bermain musik, salah satunya piano. Hebatnya, Aden sering menjadi host atau moderator di webinar ABK berkolaborasi beberapa pakar.
Pada Ketik.co.id, dia mengungkapkan ilmu merawat ABK seperti Aden sangat bermanfaat untuk mengasuh adik-adiknya yang lain. Pasalnya, kunci utama mendidik ABK adalah fokus kelebihan, bukan kekurangan.
Kini, Bonny bisa mengantarkan adik-adik Aden meraih berbagai prestasi dan beasiswa. Dia mengatakan bahwa anak-anak adalah hadiah dan amanah terindah dari Allah yang harus dijaga.
"Jadi kalau punya ABK itu ibadahnya ditingkatkan, sering-sering komunikasi dengan yang menciptakan, harus ada koneksi dengan yang punya,” pesannya.(*)