KETIK, SIDOARJO – Komisi D DPRD Sidoarjo prihatin atas bencana yang menimpa SDN Sidodadi, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Plafon atap ruang kelas V SD tersebut ambrol dan menimpa tujuh murid yang sedang belajar. Pengawasan terhadap proyek konstruksi sekolah harus diperketat.
Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori mendatangi SDN Sidodadi itu pada Sabtu siang (4 Januari 2025). Ketika insiden ambruknya plafon atap sekolah tersebut, dia mendengar kabar pada Jumat (3 Januari 2025). Namun, posisinya masih berada di Jakarta. Begitu sampai di Sidoarjo Sabtu, Dhamroni dan anggota Komisi D DPRD Sidoarjo Sutadji lang8sung menuju SDN Sidodadi.
"Kami berusaha membantu agar segera ada perbaikan. Komisi D berharap Pak Plt Bupati mau mengalokasikan anggaran BTT (belanja tak terduga) untuk memperbaikinya," kata legislator dari Fraksi PKB tersebut.
Kepada Komisi D DPRD Sidoarjo, Kepala SDN Sidodadi Anita Wanodiya menjelaskan, plafon kelas ambrol pada Jumat pagi (3 Januari 2025). Sekitar pukul 07.05 WIB. Kejadiannya mendadak. Saat itu, kegiatan belajar mengajar (KBM) baru akan dimulai. Tiba-tiba saja plafon ambrol. Asbes berjatuhan. Padahal, murid-murid sedang duduk di bangku masing-masing.
Untunglah guru kelas langsung tanggap. Melindungi murid-murid dari puing plafon yang ambrol. Tangan diangkat demi menahan beban.
"Sebagian puing-puing tak sampai jatuh mengenai siswa," cerita Anita sambil memeragakan tangan guru-guru saat menahan plafon.
Meski demikian, akibat insiden tersebut, sedikitnya tujuh anak masih tertimpa puing plafon. Beruntung tidak ada yang mengalami luka serius. Mereka segera dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan ringan.
"Ada tujuh siswa. Lima murid perempuan dan dua laki-laki. Semuanya hanya mengalami pusing. Tidak ada luka terbuka atau memar. Seluruhnya sudah diizinkan pulang saat itu juga," tambah Anita.
Kondisi plafon SDN Sidodadi, Kecamatan Candi, saat ambrol pada Jumat (3 Desember 2025). (Foto: Istimewa)
Tujuh murid yang kena musibah hari itu diberi kesempatan beristirahat di rumah. Murid lainnya di kelas V SDN Sidodadi tetap masuk gantian. Menggunakan ruang kelas IV.
Ruang elas V yang plafonnya ambrol sementara tidak digunakan sampai menunggu perbaikan. Kelas dibersihkan dari puing-puing material. Sekolah sudah melaporkan kejadian ini ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sidoarjo. Jumat itu juga kerusakan ruang kelas sudah ditinjau oleh Disdikbud Sidoarjo.
Mengapa plafon kelas bisa ambrol? Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori MSi mengatakan, plafon ambrol karena kurangnya stud untuk penarik plafon ke atas. Mestinya ruang kelas standard itu membutuhkan minimal lima stud-an. Yang ada cuma tiga.
Akibatnya, konstruksi atap tidak kuat menahan beban. Apalagi, ada plafon atap yang bocor. Air hujan menambah berat beban. Plafon jadi lapuk dan cepat rusak.
"Saya liat, stud kurang. Sebagian hanya diikat kawat sehingga tidak kuat. Padahal, bangunan ini tahun 2017," tutur Dhamroni.
Dia berharap sekolah juga memeriksa plafon ruang-ruang kelas lain. Demi menghindari plafon ambrol. Apalagi sekarang musim hujan. Jika plafon tidak standard dan dikerjakan oleh kontraktor yang sama, maka konstruksinya juga harus dicek juga. Demi keselamatan anak-anak kita," pesan Dhamroni.
Ketua Komisi D Dhamroni Chudlori (kiri) dan anggota Komisi D Sutadji berdiskusi dengan guru-guru dan kepala sekolah SDN Sidodi. (Foto: Komisi D DPRD Sidoarjo for Ketik.co.id)
Bahkan, pengecekan ini juga penting bagi sekolah-sekolah lain di Kabupaten Sidoarjo. Jangan sampai insiden serupa terulang. Di SMPN 2 Wonoayu lalu, ada jendela yang semua kaca dan besinya lepas saat kena angin kencang. Ternyata, besi kusen jendela tidak dibaut sama sekali oleh kontraktor pelaksananya.
"Ini juga perlu menjadi peringatan bagi konsultan pengawas. Harus lebih ketat mengawasi proyek konstruksi sekolah," tegas Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori. (*)