KETIK, JAKARTA – Satu persatu negara Asia mulai terkena dampak krisis ekonomi global. Setelah sebelumnya Sri Lanka, kini giliran Pakistan yang ekonominya porak poranda.
Negara di asia selatan tersebut kini terpaksa harus menutup pusat perbelanjaan seperti mall dan toko dengan jam operasional yang lebih singkat.
Dimana toko harus tutup pukul 20:30 dan restoran pukul 22:00. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Pakistan untuk menghemat pemakaian energi."
Langkah-langkah yang disetujui kabinet diharapkan dapat menyelamatkan negara," kata Menteri Pertahanan Khawaja Asif.
Selain itu kantor-kantor dan departemen pemerintah sendiri ditargetkan harus menghemat pemakaian listrik hingga 30 persen.
Selain itu produksi bola lampu yang tidak efisien juga dilarang mulai Februari. Aturan soal kipas angin, yang menjadi salah satu penyebab puncak penggunaan listrik musim panas sebesar 29.000 megawatt (MW), juga akan keluar Juli.
Dengan berbagai upaya yang telah ditempuh diharapkan dapat menghemat sekitar US$273 juta atau sekitar sekitar Rp4,25 triliun. Cadangan devisanya sekarang hampir tidak menutupi impor sebulan, yang sebagian besar untuk pembelian energi.
Diketahui, total cadangan devisa cair Pakistan akhir bulan lalu mencapai US$11,7 miliar. Sekitar $5,8 miliar di antaranya berada di bank sentral, setengah dari nilai cadangan devisa yang dipegang pada awal tahun 2022. Pakistan sendiri terancam gagal bayar. Ini setelah pendanaan IMF sekitar US$ 1,1 miliar ditunda di November.
Sebelumnya, pemerintah telah mencoba untuk menstabilkan ekonomi dengan membatasi impor dan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Hal ini dipicu juga dengan penurunan nilai mata uang yang cepat sehingga membuat impor menjadi lebih mahal sementara harga konsumen telah meningkat 25% secara yoy pada paruh pertama tahun fiskal, atau 1 Juli hingga 31 Desember. (*)