Aktif di Forum Anak Sejak SMP, Belva Aulia Rangkul Anak dengan Penyakit Langka

Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Mustopa

29 Februari 2024 05:38 29 Feb 2024 05:38

Thumbnail Aktif di Forum Anak Sejak SMP, Belva Aulia Rangkul Anak dengan Penyakit Langka Watermark Ketik
Belva bersama volunteer dan anak-anak dengan penyakit langka. (Foto: Belva)

KETIK, MALANG – Seorang Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya (UB), Belva Aulia Putri Ayu Rehardini telah menjadikan perjuangan isu anak sebagai panggilan hidupnya. Saat masih berada di bangku SMP atau pada 2018 lalu, Belva telah aktif dalam Forum Anak Surakarta dan berlanjut hingga ke tingkat Nasional.

Kini Belva telah terpilih sebagai Ambassador of Public Health ASIAN Medical Students Association (AMSA) Indonesia di distrik 5. Kesempatan Belva untuk memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat sekitar pun semakin terbuka lebar.

Ketertarikannya pada dunia anak ia salurkan dengan menjadi Project Officer pada kampanye kesehatan yang digelar oleh AMSA Indonesia Distrik 5. Belva menggandeng Mom of Rare Disease (MORE Community) untuk menyalurkan kreatifitas dari anak-anak yang menyandang penyakit langka.

Dalam kegiatan tersebut Belva bersama volunteer melakukan kegiatan yang mengasah keterampilan anak-anak, mulai dari meronce, donasi buku, pemberian surat cinta, hingga permainan seru lainnya.

"Penyakit langka itu prevalensinya hanya 1 dari 2.000 orang. Para pengidap penyakit langka punya struggle yang sangat berat, mulai diagnosisnya yang sulit, tes dan terapinya sulit dan mahal, maka mereka membutuhkan dukungan dari masyarakat. Mereka memiliki style masing-masing dan ada banyak pengidap penyakit langka menjadi berkebutuhan khusus," ujarnya saat dihubungi, Kamis (29/2/2024).

Foto Peringatan Hari Penyakit Langka Sedunia yang digelar oleh Belva Aulia. (Foto: Belva)Peringatan Hari Penyakit Langka Sedunia yang digelar oleh Belva Aulia. (Foto: Belva)

Ia juga merasa iba dengan stigma masyarakat yang tak hanya tertuju pada anak dengan penyakit langka, namun terhadap keluarga. Ia menjelaskan 80 persen penyakit langka disebabkan oleh genetik sehingga banyak masyarakat yang menyalahkan pihak orang tua.

"Penyakitnya disebabkan 80 persen disebabkan oleh genetik sehingga dari ibu anak ini mendapatkan stigma buruk dari keluarganya. Dibilang kamu makan apa, dinyinyirin juga sehingga tantangannya tidak hanya di pasien saja tapi ke keluarganya," lanjutnya.

Kegiatan tersebut menjadi pengalaman pertamanya untuk berinteraksi secara langsung bersama anak-anak dengan penyakit langka. Ia mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga dan semakin terdorong untuk memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat.

"Aku senang jika bisa membuat orang-orang senang, apalagi yang aku lakukan juga membuka kesempatan bagi orang lain untuk berbuat baik. Selama ini bisa dapat kesempatan untuk terus mengadakan kegiatan bermanfaat dengan wadah yang aku punya. Seperti SMP dan SMA melalui Forum Anak, di kuliah ini ada AMSA Indonesia. Jadi ada orang yang suportif dan wadah yang menaungi aku," tuturnya.

Kegiatan tersebut juga sebagai bentuk peringatan Hari Penyakit Langka Sedunia atau Rare Disease Day yang jatuh pada 29 Februari 2024. Ia berharap masyarakat dapat semakin peduli dan sadar bahwa terdapat anak maupun masyarakat dengan penyakit langka yang membutuhkan perhatian.

"Selama kita bisa berbuat hal baik yang bisa kita lakukan untuk orang lain, ya kenapa tidak dilakukan. Hidup kan ada hukum tabur tuai, apa yang kita tanam bisa balik lagi ke kita. Menjadi mahasiswa kedokteran, aku merasa punya kapasitas lebih untuk mengadakan kegiatan khusunya di isu anak. Sekarang sudah punya sedikit ilmu dan teman yang selalu support dan membantu," tutur Belva.(*)

Tombol Google News

Tags:

Hari Penyakit Langka Sedunia World Rare Diseas Belva Aulia Putri Ayu Rehardini ASIAN Medical Students Association Indonesia Ambassador of Public Health AMSA Indonesia AMSA Indonesia Unversitas Brawijaya Fakultas Kedokteran UB