KETIK, SURABAYA – Siapa sangka limbah botol skincare yang biasa dianggap sampah, bisa berubah menjadi sebuah karya busana mewah yang memukau mata.
Di tangan kreatif Whenny Halim mahasiswi Program Studi Fashion Design Universitas Ciputra, tumpukan botol skincare bekas itu disulap menjadi gaun elegan yang bernama Plastic Precious.
Pada panggung Fashionology, ia tersenyum bangga memandangi gaun rancangannya yang dikenakan oleh model di tengah sorotan lampu.
Berkilau dengan warna soft pink dengan hiasan berasal dari bahan botol bekas skincare miliknya.
Gaun tersebut tampak seperti busana dari masa depan glamor, futuristik, dan elegant.
"Terinspirasi dari seni mozaik, eksplorasi dilakukan terhadap variasi jenis, warna, bentuk, dan tekstur limbah kemasan skincare," terangnya saat ditemui saat Fashionology di Ciputra World Surabaya, Sabtu 7 Juni 2025.
Potret Whenny Halim mahasiswi Program Studi Fashion Design Universitas Ciputra menunjukkan Plastic Precious. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Mengenai pemrosessan botol skincare ini, Whenny menerangkan proses dilakukan melalui enam tahap mulai dari pengumpulan, penyortiran, pencucian, pemotongan, peleburan, dan pelubangan, hingga menghasilkan sequin daur ulang yang menarik secara visual dan fungsional setara dengan sequin konvensional.
"Sequin nantinya dirangkai di atas elemen bordir yang terinspirasi dari bentuk mozaik, dan kaca patri pada era Art Nouveau, dan adapula sequin yang dirangkai langsung pada kain," terangnya.
Di tugas akhir ini, Whenny menghasilkan lima busana ready-to-wear deluxe yang berhasil mengubah limbah kemasan skincare menjadi produk bernilai estetika, ekonomi, dan sosial.
Karya Mahasiswa Fashion Design Universitas Ciputra. (Foto: Shinta Miranda/Ketik.co.id)
Ketua Program Studi Fashion Design Universitas Ciputra Yoanita Kartika Sari Tahalele, B.A., M.A, menjelaskan acara ini tidak hanya sekadar ajang pagelaran busana, namun juga merupakan pameran gagasan dan identitas.
Menurutnya ini adalah bentuk nyata bagaimana fashion dapat menjadi medium komunikasi lintas budaya, isu sosial dan lingkungan.
"Setiap karya yang ditampilkan membawa pesan, setiap desain yang dibuat mengandung narasi, dan merupakan jawaban kreatif atas realitas sosial dan budaya hari ini," pungkasnya. (*)