Jalan Terjal Indra Sjafri, Akankah Senasib STY?

Jurnalis: Agus Riyanto
Editor: M. Rifat

30 Januari 2025 13:39 30 Jan 2025 13:39

Thumbnail Jalan Terjal Indra Sjafri, Akankah Senasib STY? Watermark Ketik
Oleh: Agus Riyanto*

Dua penampilan Indonesia U-20 di ajang Challenge Series 2025 bisa dibilang masih jauh dari harapan. Meskipun hanya tampil pada sebuah pertandingan persahabatan yang bertajuk Challenge Series 2025, nama Indra Sjafri banyak diperbicangkan.

Dua kekalahan 0-1 dari Jordania dan 0-2 dari Suriah tentu akan menjadi alarm bahaya kursi kepelatihan Indonesia U-20 sebelum tampil di putaran final Piala Asia China 2025.

Ini artinya, PSSI pasti akan mengambil langkah untuk mengamankan tiket lolos ke putaran final Piala Dunia U-20 Chile. Kemungkinan-kemungkinan bisa saja terjadi.

Misal, PSSI mencopot Indra Sjafri ataupun hanya sebatas mengevaluasi dari hasil turnamen mini yang digelar di Sidoarjo. Tentu ini menjadi ranah PSSI untuk mengambil kebijakan.

Jika saja Indra Sjafri dipecat, maka akan senasib dengan Shin Tae-yong (STY), yang sama-sama ingin menapak jalan lolos putaran final Piala Dunia. Bedanya, STY untuk level senior sedangkan Indra Sjafri untuk level kelompok umur.

Diakui atau tidak, dua kekalahan dari Jordania dan Suriah banyak menuai kritik, meski ada yang pro kontra. Karena, level dua lawan yang mengalahkan Indonesia masih dibawah Iran dan Uzbekistan, yang merupakan calon lawan Indonesia dibabak fase grup beserta Yaman.

Tentu ini sangat mungkin menjadi salah satu pertimbangan kursi kepelatihan Indonesia U-20 menjadi panas. Bisa saja memang kalah secara tim, ataupun kalah kualitas pelatih.

Memecat Indra Sjafri tentu bukan jaminan bisa meloloskan Indonesia ke putaran final Piala Dunia. Buka  juga bisa meningkatkan level permainan. Apalagi gelaran putaran final Piala Asia China 2025 kurang dari satu bulan. Sesuatu yang sulit dan membutuhkan sebuah keajaiban.

Tak hanya itu, kehadiran pelatih baru belum juga menjamin komunikasi antara pemain dan pelatih akan berjalan maksimal. Tak terkecuali jika pelatihnya berasal dari luar negeri. Pendeknya, PSSI harus benar-benar menghitung secara cermat.

Dari kaca mata penulis, pergantian pelatih merupakan hal biasa, tapi harus dilakukan disaat yang tepat. Karena, secara matematis Indra Sjafri belum gagal jika mengacu target yang dibebankan PSSI. Kalau hanya mengacu pada hasil turnamen alias pertandingan persahabatan sangatlah tidak rasional. Ingat, dua calon lawan Indonesia juga gagal meraih kemenangan dalam laga uji coba.

Sebut saja Iran, dua kali kalah melawan China. Pun demikian dengan Uzbekistan yang juga mengalami kekalahan melawan Qatar dan Arab Saudi. Yaman juga kalah dari Iraq 1-2. Sehingga, ini bisa dijadikan tolak ukur.

Yang mungkin terlupakan adalah sentuhan tangan dingin Indra Sjafri yang terkadang melahirkan kejutan. Misalnya saat di  SEA Games Kamboja. Indonesia bukan termasuk tim unggulan, faktanya mampu membawa pulang medali emas setelah dahaga 32 tahun. Pertanyaannya, apakah pada Challenge Series 2025 Indra Sjafri sengaja menyembunyikan taktik agar tidak terbaca lawan atau memang begitu adanya. Tentu perlu pembuktian diturnamen yang sebenarnya.

Tidak sedikit pecinta sepak bola di tanah air pesimis Indonesia bisa berbuat banyak diputaran final Piala Asia China 2025, asumsinya melihat dua kekalahan dari Jordania dan Suriah. Tapi ada juga yang menyebut jika itu bagian dari taktik sang pelatih.

Secara momentum, ini merupakan kesempatan terbaik bagi Indonesia lolos Piala Dunia. Tentu tim yang dipersiapkan harus tim kuat dan bisa bersaing dengan tim-tim raksasa dari Timur Tengah dan Asia Timur. Hanya PSSI yang mempunyai wewenang untuk mempertahankan ataupun memecat Indra Sjafri.Semoga tidak demam gonta ganti pelatih. (*)

*) Agus Riyanto adalah jurnalis senior Ketik.co.id yang kini bertugas di Biro Trenggalek.

**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis

***) Karikatur by Rihad Humala/Ketik.co.id

****) Ketentuan pengiriman naskah opini:
Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id.
Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
Panjang naskah maksimal 800 kata
Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
Hak muat redaksi.(*)

Tombol Google News

Tags:

Agus Riyanto Timnas Indonesia Indra Sjafri