KETIK, PURBALINGGA – Band post-punk asal Purbalingga, Sukatani, secara tegas menolak tawaran Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menjadi Duta Kepolisian. Penolakan ini disampaikan melalui unggahan di akun Instagram resmi mereka, @sukatani.band, pada Sabtu 1 Maret 2025.
Dalam pernyataan tersebut, Sukatani mengungkapkan bahwa mereka telah mengalami tekanan dan intimidasi dari aparat kepolisian sejak Juli 2024. Puncaknya adalah penarikan lagu "Bayar Bayar Bayar" dari platform Spotify dan permintaan maaf publik atas lagu yang mengkritik korupsi dan pungutan liar oleh oknum polisi.
"Tekanan dan intimidasi dari kepolisian terus kami dapatkan, hingga akhirnya video klarifikasi atas lagu yang berjudul Bayar Bayar Bayar kami unggah di media sosial," kata Sukatani yang dikutip Ketik.co.id, Minggu 2 Maret 2025.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menawarkan Sukatani untuk menjadi duta kepolisian sebagai upaya menunjukkan bahwa Polri tidak antikritik dan terbuka terhadap masukan demi perbaikan institusi. Namun, tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sukatani, yang menegaskan bahwa mereka menolak dengan tegas untuk menjadi duta kepolisian.
"Tawaran menjadi duta polisi dari Kapolri, dengan itu kami menolak dengan tegas tawaran menjadi duta kepolisian," kata Sukatani.
Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat dan berbagai pihak, termasuk Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, yang memberikan advokasi kepada Sukatani. Mereka menilai bahwa tindakan intimidasi terhadap band tersebut merupakan bentuk pembungkaman terhadap kebebasan berekspresi.
Penolakan Sukatani atas tawaran Kapolri menekankan pentingnya kebebasan berpendapat dan kritik terhadap institusi publik tanpa adanya tekanan atau intimidasi. Kasus ini juga menjadi cermin bagi Polri untuk terus memperbaiki diri dan menganggap kritik sebagai tanda cinta masyarakat terhadap lembaga tersebut. (*)
