KETIK, HALMAHERA SELATAN – "Jika aku mati, Kuburkanlah diriku di tempat yang tinggi (Bukit Boreo), Hingga dalam kubur sekalipun aku akan tetap melindungi negeri ini (Bacan)."
Begitulah penggalan kalimat Boki Fatimah prinses Kasiruta di akhir-akhir hayatnya. Dari timur Indonesia, pesan itu layak ramai diberitakan di setiap media seluruh nusantara saat ini.
Anak dari Sultan Bacan Ke-17 Mohammad Shadiq, seharusnya sudah dinobatkan sebagai pahlawan nasional dari kalangan jurnalis.
Bangsawan perempuan yang terampil dalam beberapa bahasa ini, turut membantu suaminya Tirto Adji Soerjo lewat pemikiran dan pergerakan, serta menyokong dana besar dari ayahnya dalam mendirikan surat kabar pertama di Indonesia Medan Prijaji.
Kini, makam pimpinan redaksi perempuan pertama yang memulai kiprah jurnalis lewat Medan Prijaji itu, belum mendapat sentuhan dari pemerintah.
Demikianpun dalam beberapa kali pagelaran Festival Marabose di Bacan Halmahera Selatan, nama Boki Fatimah sepi menempel di tiap sudut kota maupun di platform media. Bahkan, dalam rundown acarapun tak tertulis nama Boki Fatimah.
Melalui narasi kecil ini, pesan Boki Fatimah dapat diaktualisasikan dalam bentuk karya tulis para jurnalis di mana Boki Fatimah berasal.
Dapat dikatakan, Boki Fatimah adalah penyair yang tidak dapat ditemukan di dunia sekarang. Juga dapat disebut kiblat bagi jurnalis yang ada di Maluku Utara.
Bila dari sang Tirto pikiran mendirikan Medan Prijaji lahir, bisa jadi Boki Fatimah bagian dari ide tersebut. Tidak menutup kemungkinan pemikiran keduanya atas rasa cinta yang bersemi di Bumi Saruma yang dulunya Lipu. Wallahu a'lam bishawab!
Sastra dapat menjadi senjata. Nilai itu dikemas Boki Fatimah dalam mengolah kata dan kalimat menjadi kritik tajam dan kabar tertulis. Meski demikian, hal itu tidak terlepas dari buah pemikiran sang suami Tirto Adji Soerjo bapak pers nasional.
Dikutip dari Tanda Seru, Boki Fatimah mempunyai peran penting dalam memerdekakan orang Indonesia dalam persoalan berpikir atau melawan penjajah dengan kesadaran literasi. Itu diungkap sejarawan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate Irfan Ahmad.
Sketsa wajah Boki Fatimah (Bukan Gambar sebenarnya) (Foto: Tribun Ternate)
Boki Fatimah merupakan salah satu pahlawan nasional yang belum diakui. Jejak Boki Fatimah dapat ditelusuri melalui keterangan Ompu juru tulis Kesultanan Bacan Ibnu Tufail.
Keterangan mengenai hal tersebut diungkap M. Husni Muslim, Ketua Generasi Muda Kesultanan Bacan (Gema Suba) Halmahera Selatan pada Rabu 22 Januari 2025.
Husni menyebut, selain mendapat keterangan detail. Jejak Boki Fatimah yang memiliki seorang Putera pun dapat didengar langsung dari keluarga Boki Fatimah.
"Jejak Boki Fatimah detailnya bisa langsung ke pihak Kesultanan Bacan. Ada Ompu Juru tulis atau ke keluarga Boki Fatimah," ungkap Husni.
Terlepas dari itu, usulan untuk jadikan Boki Fatimah menjadi pahlawan nasional pun sudah di gagas oleh Gema Suba di beberapa tahun terakhir.
Husni mengatakan, sementara ini yang diperlukan adalah sketsa atau gambar Boki Fatimah. Dia meyakini foto Boki Fatimah masih tersimpan rapih di galeri salah satu media berita di Indonesia.
Selain itu, beberapa organisasi pers yang ada di Halmahera Selatan juga pernah mendorong nama Boki Fatimah sebagai Pahlawan Nasional.
Bahkan Helmi Umar Muchsin dalam orasi politik beberapa bulan lalu berjanji akan mendorong Boki Fatimah untuk di jadikan pahlawan nasional.
Saat ini, beberapa jurnalis dan Mahasiswa asal Halmahera Selatan kembali menyusun rencana mendorong nama Boki Fatimah sebagai pahlawan nasional jelang peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2025 di Jakarta.
Dukungan atas usulan itu penuh antusias disambut mantan ketua BEM Universitas Muhammadiyah Jakarta Mujiono Koesnandar.
Oji mengatakan, bersama beberapa wartawan dari Halmahera Selatan mereka akan mendesak pemerintah daerah untuk segera mengusulkan nama Boki Fatimah ke pihak terkait.
"Peran Pemda sangat penting. Sekitar dua sampai 5 orang wartawan akan hadir di Jakarta menyuarakan langsung nama Boki Fatimah menjadi pahlawan nasional," jelas Oji, Sabtu, 25 Januari 2025.
Meski agenda tersebut terbilang sangat sederhana. Oji yakin akan membawa dampak positif bagi kemajuan khususnya di bidang jurnalisme maupun dari segi literasi.(*)