KETIK, SURABAYA – Mendengar nama Anna Luthfie, tentu yang terlintas di benak dan pikiran adalah seorang anak muda yang terjun ke panggung politik Jawa Timur dengan berlatar belakang sejumlah organisasi.
Sudah bukan jadi rahasia umum lagi, pria berkaca mata asal Kabupaten Blitar itu susah-susah gampang ditemui. Bukan tidak bersedia, tapi karena tak pernah berhenti bergerak untuk sekadar menyapa masyarakat di daerah-daerah.
Label aktivis juga patut disandangnya. Berangkat dari bergabungnya AL, sebutan akrabnya, menjabat Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Surabaya, kemudian Ketua Barisan Muda Penegak Amanat Nasional (BM PAN) Jawa Timur hingga Ketua Karang Taruna tingkat provinsi setempat.
Pada 2009, ia tertarik merambah dunia politik. Tak sia-sia, namanya tercatat sebagai salah satu politisi yang berhak duduk di kursi empuk Indrapura (sebutan DPRD Jawa Timur). Ia bahkan menjabat Wakil Ketua Komisi B.
Ingat betul waktu itu, Anna Luthfie dikenal sangat vokal saat sidang paripurna, rapat dengar pendapat maupun saat sidang-sidang lainnya, termasuk saat membahas rancangan peraturan daerah.
Bersama sejumlah koleganya saat itu, salah satunya Renville Antonio yang kala itu juga masih sangat muda. Politisi asal Partai Demokrat yang di karir politik terakhirnya dipercaya sebagai Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, sebelum akhirnya wafat pada Februari 2025 akibat kecelakaan lalu lintas.
Keduanya kerap dijuluki “Pendekar Muda Indrapura” karena keaktifan dan kelantangan suaranya memperjuangkan rakyat kecil tak hanya dari daerah pemilihannya, tapi seluruh daerah se-Jatim.
Selama lima tahun duduk, pada Pemilu Legislatif 2014 ia memutuskan melompat ke kursi Senayan di DPR RI. Namun, ikhtiarnya memperjuangkan nasib rakyat di tingkat Nasional masih belum mendapat kepercayaan. Ia memilih banting setir menjadi seorang petani di tanah kelahirannya.
Pria kelahiran Blitar, 17 Mei 1973 tersebut mengelola dan mengembangkan sejumlah bisnisnya di dunia pertanian. Hasilnya? Sukses. Kini ia dikenal sebagai petani durian. Tak main-main, ia kini dikenal sebagai Presiden Republik Durian Farm. Tidak cuma menggagas, tapi dia sendiri juga terlibat langsung, mulai menanam, merawat hingga memanen.
Siapa sangka, kegagalannya melenggang ke Senayan menjadi titik balik hidupnya. Rupanya Allah SWT lebih merestui seorang Anna Luthfie hidupnya lebih bermanfaat untuk orang banyak dan itu diperjuangkan dari dunia pertanian.
Kakaknya, Anas Urbaningrum, yang pernah menjabat Ketua KPU RI, kemudian Ketua Umum DPP Partai Demokrat juga disebutnya sangat memengaruhi hidupnya untuk menjadi semakin kuat dan bermanfaat.
Masa kecil AL dihabiskan di Blitar. Ia enam tahun menempuh pendidikan di SD Negeri Ngaglik II, lalu ke SMP Negeri 1 Srengat dan dilanjutkan ke Madrasah Aliyah Negeri Tlogo.
Masuk perguruan tinggi, AL makan bangku kuliah di IAIN Sunan Ampel (sekarang Universitas Islam Negeri) Surabaya dan berhasil menyandang gelar Sarjana Agama (S.Ag).
Tak berhenti di situ, ia meneruskan kuliahnya ke program magister (S2) di Universitas Airlangga jurusan Ilmu Politik. Gelar M.Si pun resmi disandangnya. Saat ini, ia juga sedang berusaha mengejar tekadnya meraih gelar doktor.
Presiden Republik Durian Farm Anna Luthfie (kanan) di sela meninjau durian yang ditanam di perkebunan miliknya di Kabupaten Blitar. (Foto: IG @annaluthfie17)
Kini, Anna Luthfie fokus menjadi seorang petani. Dulu di gedung parlemen mengenakan setelan jas dan berdasi, kini di area persawahan ia cukup senang memakai pakaian kaos oblong, bertopi, kadang bercelana pendek.
Di area belakang tempat tinggalnya, di Dusun Sendung, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, terhampar luas perkebunan durian. Luas tanam durian sekitar 20 hektare, jenis duriannya premium Musangking, Blackthorn dan Bawor.
Meski sang ayah adalah seorang guru, Anna Luthfie kecil sudah dikenalkan dunia pertanian oleh orang tuanya. “Petani adalah panggilan jiwa sama dengan politik adalah panggilan jiwa, sebagai sarana mengabdi untuk umat dan bangsa,” ujarnya.
Bagi AL, pertanian merupaan integrasi dari 6 subsektor, yakni tanam pangan, horti, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. “Gabungan 6 sektor itulah pertanian yang bisa menyejahterakan rakyatnya,” tuturnya.
Sejak berdiri, pada awal 2020 atau ketika masa pandemi, kini mulai menunjukkan hasil besar dan sedikit demi sedikit bisa dinikmati hingga pertengahan 2025.
Semangatnya bertambah menggeluti dunia Durian setelah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indra Parawansa berkunjung dan menyicipi durian di kebun miliknya. Bahkan, Gubernur Khofifah menyosialisasikan dan mengajak warga mengunjungi kebun durian di Blitar melalui akun media sosialnya.
Setelah diendorse orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut, semakin ramai kebun miliknya dikunjungi. “Yang datang dan menikmati durian produksi dari Republik Durian dari berbagai kalangan lintas profesi dan lintas daerah, bahkan lintas pulau,” kata AL.
Pasar durian premium miliknya fokus untuk pemenuhan kebutuhan di dalam dan luar negeri. Saat ini, ia sedang menyiapkan model durian terus berbuah sepanjang tahun. “Sekarag ini musim panen raya masih mulai November hingga Mei setiap tahunnya,” ucap dia.
Pria berkaca mata tersebut tidak lupa memberi tips utama untuk menanam, yakni dengan konsep cinta dan kasih sayang. Maksunya, kata Anna Luthfie, atas segala yang ditanam harus dicintai, dikasihi dan disayangi.
Lantas, bekal pengalaman politik dan pertanian yang dimiliki dan memang tidak bisa dipisahkan dari seorang Anna Luthfie, apakah ia bersedia kembali terjun menyemarakkan demokrasi bangsa ini?
“Suatu saat Insya Allah akan manggung lagi dengan wajah yang berbeda, yakni dalam rangka fokus memperjuangan politik kesejahteraan,” tegas dia. (*)