KETIK, BLITAR – Ribuan warga Kota Blitar tumpah ruah di sepanjang rute kirab barongsai dan naga liong, perayaan Imlek 2576, Rabu 12 Februari 2025. Acara ini menjadi bagian dari tradisi tahunan Cap Go Meh, menandai hari ke-15 setelah Tahun Baru Imlek.
Kirab kali ini menempuh rute sejauh 8 kilometer, mengelilingi Kota Blitar. Tradisi ini dipercaya memiliki makna sakral, yakni sebagai simbol bersih desa. Harapannya agar tahun mendatang membawa berkah dan keberuntungan bagi masyarakat.
Sebanyak 60 peserta turut berpartisipasi dalam kirab, termasuk tujuh barongsai dan satu naga liong yang menjadi pusat perhatian masyarakat.
Dalam budaya Tionghoa, barongsai dan naga liong memiliki makna khusus. Selain sebagai hiburan yang menarik, keduanya diyakini sebagai pembawa keberuntungan sekaligus pengusir energi negatif.
Masyarakat yang hadir tampak antusias menyaksikan atraksi barongsai yang menari lincah mengikuti irama tabuhan tambur dan suara gemerincing simbal.
Daniel, koordinator barongsai kirab ini, mengungkapkan harapannya agar perayaan Imlek tahun depan dapat digelar lebih meriah dengan kembali menggunakan Klenteng Poo An Kiong sebagai pusat kegiatan.
“Semoga tahun depan Klenteng Poo An Kiong sudah bisa digunakan sehingga perayaan Imlek bisa semakin meriah,” ujar Daniel.
Selain menjadi ajang pelestarian budaya, kirab ini juga membawa berkah bagi para pedagang kaki lima. Mereka memanfaatkan momen ini untuk menjual berbagai makanan ringan, minuman, hingga mainan miniatur barongsai.
Antok, salah satu pedagang mainan miniatur barongsai berbahan daur ulang, mengaku dagangannya laris manis.
“Dari rumah saya bawa sekitar 50 mainan barongsai, sekarang tinggal lima. Harganya Rp50 ribu per satuan. Alhamdulillah laris, masnya mau borong sekalian?” ujar Antok sambil tersenyum bercanda.
Antusiasme warga Blitar terhadap kirab ini terlihat dari kehadiran mereka di sepanjang rute perjalanan. Tak hanya orang tua, banyak anak-anak yang ikut larut dalam kemeriahan.
Kelvin Tan, warga Jalan Mastrip, mengungkapkan bahwa dirinya selalu menantikan kirab tahunan ini sejak kecil dan kini meneruskan tradisi itu dengan membawa anaknya menyaksikan langsung barongsai.
“Saya dari kecil selalu menunggu momen kirab ini setiap tahun. Sekarang giliran saya mengajak anak saya melihat barongsai. Semoga tradisi ini tetap lestari dan membawa kebahagiaan bagi kita semua, khususnya warga Kota Blitar,” pungkasnya.
Dengan tingginya antusiasme masyarakat dan makna sakral yang terkandung dalam perayaan ini, kirab barongsai di Blitar tidak hanya menjadi hiburan tahunan, tetapi juga wujud kebersamaan dan pelestarian budaya yang terus dijaga dari generasi ke generasi.(*)