Meski Jadi Lumbung Pangan Nasional, Banyuasin Masih Kekurangan Generasi Petani

Jurnalis: Wisnu Akbar Prabowo
Editor: Millah Irodah

13 Januari 2025 16:14 13 Jan 2025 16:14

Thumbnail Meski Jadi Lumbung Pangan Nasional, Banyuasin Masih Kekurangan Generasi Petani Watermark Ketik
Seorang petani padi di Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, tengah menyemprot pestisida di lahan pertaniannya. Meski menjadi salah satu lumbung pangan nasional, Banyuasin masih kekurangan generasi petani. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)

KETIK, PALEMBANG – Dalam rangka menyukseskan program swasembada pangan, pemerintah telah memproyeksikan sejumlah daerah untuk menjadi lumbung pangan nasional, salah satunya adalah Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).

Banyuasin merupakan daerah penghasil padi terbesar keempat se-Indonesia dan pertama di Sumsel. Pada tahun 2022, Banyuasin menghasilkan padi sebanyak 897.427,60 ton. Sementara pada 2023, daerah berjuluk Bumi Sedulang Setudung ini berhasil menghasilkan padi sebanyak 920.413 ton.

Meski produksinya masif, nyatanya Banyuasin masih kekurangan generasi penerus petani, Hal ini diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin, Muhammad Farid saat mengikuti Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Sumatera Selatan 2025 di Griya Agung Palembang, Senin, 13 Januari 2025.

Dia menjelaskan, petani yang aktif di Banyuasin kebanyakan berusia di atas 40 tahun. Sementara anak-anaknya enggan meneruskan kiprah orangtuanya sebagai petani.

“Ini mungkin sedikit memberi pandangan terhadap Banyuasin. Banyuasin itu luas, tapi ironisnya generasi penerus pengolah petani itu tidak ada. Anak-anaknya kalau ditanya cita-cita pasti kalau bukan TNI, Polri, ya PNS,” ungkap Farid.

Salah satu alasan generasi muda di Banyuasin tidak mau jadi petani, ungkap Farid, adalah rendahnya harga gabah di sana. Para petani menghadapi tekanan berat akibat harga gabah yang jatuh di kisaran Rp5.300 hingga Rp5.800 per kilogram.

Sementara harga gabah di Banyuasin anjlok, petani juga kesulitan mendapatkan gabah yang berkualitas. Menurut Farid, subsidi pupuk yang diberikan pemerintah masih belum mencukupi kebutuhan petani di Banyuasin.

“Petani kami itu semangat menanamnya tinggi, sayangnya harga gabah rendah jadi mereka tidak punya modal lebih untuk beli pupuk. Kita ada subsidi tetapi itu masih kurang,” terangnya.

Farid menjelaskan, Pemerintah Kabupaten Banyuasin tengah merencanakan pembangunan taman edukasi yang diperuntukkan bagi para petani dan anak-anaknya. Di taman itu, terus dia, masyarakat akan belajar bagaimana cara bercocok tanam yang baik.

Dengan edukasi tersebut, dia yakin dalam beberapa tahun ke depan, Banyuasin akan mendapatkan regenerasi petani yang sanggup menyukseskan program swasembada pangan.

“Jadi selain lahan yang luas, Banyuasin punya sumber daya manusia yang cukup. Insyaallah bisa menjadi lumbung pangan nomor satu di Indonesia,” harap dia.

Foto Konferensi pers yang dilakukan usai Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Sumatera Selatan 2025 di Griya Agung Palembang, Senin, 13 Januari 2025. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, Perum Bulog akan membeli gabah dari petani seharga Rp6.500 per kilogram. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)Konferensi pers yang dilakukan usai Rapat Koordinasi Bidang Pangan Provinsi Sumatera Selatan 2025 di Griya Agung Palembang, Senin, 13 Januari 2025. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, Perum Bulog akan membeli gabah dari petani seharga Rp6.500 per kilogram. (Foto: Wisnu Akbar Prabowo/Ketik.co.id)

Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, pemerintah melalui Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) akan membeli gabah dari petani saat musim panen seharga Rp6.500 per kilogram.

Harga ini ditetapkan sebagai standar harga beli dari pemerintah langsung kepada para petani tanpa melalui perantara. Zulhas menilai, harga gabah Rp6.500 per kilogram bisa meningkatkan kesejahteraan petani.

“Para petani, mereka minta harga belinya yang bagus. Bapak Presiden sangat konsen dan memerintahkan kepada Bulog untuk mengecek dan membeli gabah dari petani seharga Rp6.500 per kilogram,” terang Zulhas.

Dia juga mengimbau para petani agar tak menjual gabah kepada para tengkulak. Sebab, tengkulak kerap kali memainkan harga suatu komoditas hingga menyebabkan petani rugi keras. (*)

Tombol Google News

Tags:

banyuasin petani generasi Lumbung pangan nasional anak-anak swasembada pangan