KETIK, BANDUNG – Kemarahan besar Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang akrab disapa KDM kepada wong cilik supporter Persikas yang nota bene pendukungnya juga dikiritisi aktivis LSM.
Ngamuk KDM tersebut dinilai sebagai bentuk arogansi yang mencerminkan sikap yang jauh dari falsafah hidup Siliwangi yaitu silih asah, silih asih dan silih asuh. Hal itu disampaikan Ketua Lingkaran Intelegensia Nusantara Hernawan kepada pers di Bandung, Rabu 4 Juni 2025.
“Mungkin KDM sudah lupa falsafah hidup Siliwangi yang sering disampaikannya sendiri dalam berbagai kesempatan pidato,” kata Hernawan.
Seperti diberitakan sebelumnya, KDM marah besar kepada sekolompok pencinta klub sepakbola Persikas karena membentangkan spanduk bertuliskan Persikas di sebuah acara Nganjang ka Warga di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang pada Rabu malam (28/5/2025).
Saat itu, KDM mengamuk dari posisi awalnya duduk langsung berdiri dan menunjuk sekumpulan fans Persikas. Para suporter Persikas yang kena marah besar KDM pun langsung dibawa ke kantor polisi setempat untuk diperiksa.
“Ga mikir kamu. Ini forum saya, bukan Persikas. Dan Persikas bukan urusan saya. Kamu anak muda ga punya otak,” ungkap Dedi sambil berteriak kencang dan menunjuk orang-orang tersebut yang sebenarnya pendukung KDM juga.
Menurut Hernawan, pada forum terbuka seperti itu, KDM sebaiknya bisa tampil lebih bijak dan tidak emosional. Apalagi sebagai pemimpin Jawa Barat, KDM sering mengutip ajaran para leluhur tentang pentingnya bersikap welas asih kepada rakyat.
“Saat KDM mengamuk itu, buat saya, telah menjadi tontonan buruk yang tak enak dilihat. KDM tampak sangat temperamental dengan emosi yang tak terkendali. Saya sedih, karena yang dimarahi itu adalah orang kecil gara-gara masalah yang sangat sepele,” ungkapnya.
Hernawan mengaku sangat maklum jika kemarahan itu akibat dari hinaan, cacian atau fitnah dari warga kepada KDM. Hanya karena membentangkan spanduk Persikas sejumlah fans nya harus dimurkai, KDM sudah berlebihan.
Jika cara KDM dalam memimpin seperti ini terus berlangsung, ia memprediksi masa bulan madu KDM dengan rakyat bisa berakhir lebih cepat. Apalagi, dalam kontek ekpektasi mayoritas warga Jabar kepada KDM yang sangat tinggi.
“Harus diingat, apapun yang dilakukan KDM itu harus berujung pada hasil. Dan jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan besar rakyat, baik masalah kesejahteraan maupun pembangunan, maka kemesraan KDM dengan warga Jabar akan memasuki masa kadaluarsa,” tegasnya.
Karena itulah, Hernawan mengingatkan KDM untuk segera introspeksi diri. Ia harus segera mengingat kembali falsafah Jawa yang juga sering dia kutip. Yaitu ajaran Tri Tangtu dan Papat Kalima Pancer.
Salah satu dari ajaran itu, jelasnya, tentang Pancer Praja Jayaningrat, bahwa kekuatan seorang pemimpin terletak pada kemampuannya membahagiakan rakyat. Termasuk, Manunggaling Kawula Gusti, yaitu ajaran untuk menyatukan diri dengan sang Maha Pencipta.
“Kalau spiritualitas KDM sudah sampai pada maqom itu, harusnya dia tak lagi terpancing emosinya dengan mengumbar banyak energi yang tak perlu hanya karena masalah sepele,” kata Hernawam.(*)