KETIK, JAKARTA – Pakar followership global asal Indonesia, Muhsin Budiono Nurhadi meraih penghargaan “The Most Intriguing Paper" dalam event The 4th Global Followership Conference (GFC) yang digelar di Claremont McKenna College, Claremont, California, Amerika Serikat pada 28-31 Mei 2025.
Penghargaan diterima Muhsin Budiono lewat paper berjudul “Power-Move Act: A Followership Lesson from Khalid ibn Al-Walid". Ia memperkenalkan terminologi Power-Move Act (P-M Act) yang terinspirasi dari sosok Khalid bin Walid.
Khalid bin Walid diketahui menunjukkan sikap mulia saat menerima dengan kepatuhan dan lapang dada atas keputusan Khalifah Umar yang mencopot jabatannya sebagai panglima atau jendral pasukan muslim.
Menurut Muhsin, P-M Act merupakan terminologi yang menggambarkan sikap penerimaan kondisi shifting ekstrem dari jabatan leaders yang tinggi namun tiba-tiba mendapat demosi berlipat maupun dicopot dari posisinya menjadi follower biasa.
“Pada praktiknya, di organisasi maupun korporasi ada saja kondisi seseorang yang harus kehilangan jabatan secara ekstrem yang bukan sebab melakukan kesalahan/fraud," ujar Muhsin dalam keterangannya, Minggu, 1 Juni 2025.
Penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan atas kontribusi signifikan Muhsin dalam pengembangan ilmu dan praktik followership, baik di Indonesia maupun secara global.
Dalam konferensi GFC 2025 yang diikuti 124 peserta dari 12 negara, Muhsin berharap terminologi followership akan semakin dikenal luas, terutama di kalangan masyarakat Indonesia.
Muhsin meyakini bahwa pemahaman yang utuh tentang followership sangat krusial untuk mendapatkan perspektif yang seimbang dalam memahami dinamika hubungan antara pemimpin (leader) dan pengikut (follower).
Menurut Muhsin, followership merupakan ilmu dan skill yang penting dipelajari serta diterapkan untuk pengembangan diri dan mengasah kemampuan leadership skill, yang pada gilirannya dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemimpin dan lingkungan sekitar.
Muhsin Budiono (dua dari kiri) bersama para penerima award lainnya saat sesi foto bersama di panggung (Foto: Dok. Pribadi)
Dalam konferensi GFC 2025, Muhsin juga dipercaya untuk masuk dalam kepanitiaan. Ia berkolaborasi dengan penggiat dan pemerhati followership dari seluruh dunia.
Kondisi itu menuntut Muhsin untuk menyesuaikan perbedaan waktu yang cukup signifikan antara Indonesia dan Amerika. Ia pun harus rela untuk ikut meeting pada dini hari.
"Karena sebagian besar panitia berada di US dan Kanada jadi saya ‘terpaksa’ harus legowo kalau meetingnya online jam 11 malam atau bahkan jam 2 pagi WIB,” jelas Muhsin.
Alumnus ITS itu juga berkesempatan untuk bertemu tokoh legenda followership dunia, Dr. Robert Kelley yang merupakan pencetus terminologi Followership lewat tulisannya di Harvard Business Review di tahun 1988.
Lebih jauh, penghargaan ini juga merupakan bentuk pengakuan atas kontribusi signifikan Muhsin dalam pengembangan ilmu dan praktik followership, baik di Indonesia maupun secara global.(*)