Ulos Mendunia: Kisah Marlinda Panggabean Mewujudkan Kemandirian Perempuan Desa

16 April 2025 14:14 16 Apr 2025 14:14

Thumbnail Ulos Mendunia: Kisah Marlinda Panggabean Mewujudkan Kemandirian Perempuan Desa Watermark Ketik
Ketua Klaster Usaha Rumah Ulos, Marlinda Yanti Panggabean, UMKM binaan BRI. (Foto: BRI)

KETIK, JAKARTA – Seiring dengan kemajuan zaman, peran perempuan kian besar dalam membangun perekonomian. Bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga lingkungan sekitarnya. 

Seperti yang dilakukan oleh Ketua Klaster Usaha Rumah Ulos, Marlinda Yanti Panggabean. Berbekal semangat untuk mengubah nasib diri dan perempuan lain di lingkungannya, ia mencari cara bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat yang ada di wilayahnya.

Tinggal di Desa Lumban, Kec.Siatas Barita, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Marlinda Yanti Panggabean harus menjalani hidup dengan penuh keterbatasan akibat penghasilan yang minim. Bersama ibunya, ia menggantungkan hidup dari menenun kain ulos setiap hari. Namun, menjual hasil tenunan yang dikerjakan berhari-hari bahkan berminggu-minggu ke pengepul ternyata tak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Menyadari bahwa kain tenun yang biasa dibuat memiliki potensi dan nilai jual yang lebih tinggi. Pada tahun 2008, Marlinda memulai usahanya dengan nama Linda Gabe Ulos. Skala usahanya masih kecil karena keterbatasan modal. 

"Saat itu, saya pun memutuskan untuk berhenti menjual kain tenun ke pengepul dan beralih ke penjualan online,” jelas Marlinda, Rabu, 16 April 2025.

Namun, seiring berjalannya waktu dan perjuangan yang tak kenal lelah, usaha ini terus berkembang. Dari yang awalnya hanya beranggotakan 2–3 orang, kini telah menjadi klaster usaha dengan lebih dari 100 anggota.

“Para anggota di klaster ini mayoritas adalah perempuan dari berbagai usia. Sebagian besar dari mereka memang sudah memiliki keterampilan menenun ulos, tetapi kondisi kehidupan mereka masih jauh dari sejahtera," tambahnya.

Marlinda menambahkan bahwa klaster usaha ini kini mampu meraup pendapatan sekitar ratusan juta per bulannya. Pundi-pundi rupiah tersebut tidak hanya berasal dari penjualan kain ulos saja, tetapi juga dari berbagai produk turunannya yang semakin diminati pasar.

Dengan mayoritas konsumen berasal dari Pulau Jawa. Tak hanya itu, Rumah Ulos juga telah berhasil menembus pasar internasional, salah satunya dengan mengirimkan produk ke California.

"Rumah Ulos menawarkan tiga produk utama, yaitu kain ulos, kain songket, serta produk ready-to-wear yang lebih modern, seperti pakaian, tas, sepatu, hingga home decor," tambahnya.

Di awal merintis usaha, Marlinda mendapat dukungan besar dari BRI. Berawal dari pendanaan KUR sebesar Rp5 juta, usahanya berkembang pesat hingga mampu memberdayakan lebih banyak orang. Seiring waktu, dukungan dari BRI pun semakin bertambah, hingga akhirnya Rumah Ulos diikutsertakan dalam program Klasterkuhidupku.

“Sebagian besar dana bantuan dimanfaatkan untuk pengembangan usaha, mulai dari pemberdayaan tenaga kerja, pembelian peralatan, hingga pemasaran digital," paparnya.

Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan bahwa BRI memiliki komitmen untuk terus mendampingi dan memberdayakan pelaku UMKM lewat program Klasterkuhidupku. Program ini menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya.

“Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

BRI UMKM Klasterkuhidupku Tenun Ulos perempuan Ulos