KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah daftar Guru Besar dengan beragam fokus keilmuan. Kali ini terdapat empat Guru Besar dari FPIK, FIA, dan FMIPA yang akan segera dikukuhkan.
Keempat Guru Besar tersebut ialah Prof Abdurrouf, Prof Andi Kurniawan, Prof Khairul Muluk, dan juga Prof Abu Bakar Sambah.
Prof Abdurrouf memiliki minat terhadap interaksi molekul dan medan laser dengan menggunakan Adiabatic Intense-Field Theory ataui AIFT. Profesor di FMIPA itu meneliti dunia molekuler yang sangat dekat dengan kehidupan manusia.
"Tipe interaksi antara laser dan molekul dalam fase gas, bergantung pada energi dan durasi lasernya. interaksi keduanya dapat berupa pertubrasi, bahkan mungkin terjadi interaksi yang lebih kompleks seperti ionasi ganda tak berurutan, disosiasi, dan pembangkitan sinyal harmonik tinggi," ujarnya, Selasa 26 November 2024.
Rouf mengembangkan model adiabatik dari teori media intens atau AIFT untuk memahami penggunaan sinyal harmonik tinggi dalam mendeteksi dan mengkarakterisasi tingkat penyelarasan moleku.
"AIFT busa menjelaskan fenomena eksperimen pembangkitan sinyal harmonik tinggi pada molekul yang terselaraskan. Diharapkan juga bisa digunakan unyuk membangun teori pembangkitan sinyal harmonik tinggi pada molekul selain gas," lanjutnya.
Untuk Guru Besar dari FMIPA terdapat Prof Andi Kurniawan yang membahas terkait konsep baru, yakni Biofilm as Regulator of Adsorption-Desorption for Water Pollution, Justifiable Aquatic Yield, adn Sustainability (BRAWIJAYA).
"Konsep ini untuk inovasi teknologi eko-akuatik berkelanjutan. Di sini menjelaskan proses adsorpsi-desropsi ion oleh biofilm berperan krusial dalam adaptasi mikroba terhadap perubahan lingkungan, menjaga keseimbangan ekosistem perairan, dan lainnya," ucapnya.
Selain Prof Andi, juga ada Prof Abu Bakar Sambah yang merupakan profesor di bidang Ilmu Pemetaan Sumber Daya Pesisir dan Laut. Ia membahas terkait persebaran ikan yang dipegaruhi oleh faktor oseanografi.
"Fenomena oseanografi secara tidak langsung memengaruhi diamika migrasi sumber daya ikan di perairan. Ini membuat karakteristik perikanan bisa berbeda-beda secara ruang dan waktu," terangnya.
Terdapat fenomena oseanografi yakni upwelling yang sering terjadi di Samudera Hindia bagian selatan Pulau Bali. Fenomena ini menjadi indikator untuk mengetahui perairan yang subur, dengan ikan yang melimpah.
"Perkiraan daerah terjadinya upwelling dilakukan dengan mengukur parameter penyebab upwelling yakni suhu permukaan laut dan klorofil-a. Indikasi ini diikuti dengan meningkatnya produktivitas perairan," tambahnya.
Selain itu, terdapat Prof Khairul Muluk, Guru Besar dari FIA dan profesor di bidang Sistem Administrasi Pemerintahan Lokal. Prof Muluk membahas terkait sistem pemerintahan di era BANI (Britte, Anxious, Non-Linear, dan Incomprehensible).
"Ini akibat dari globalisasi dan industri 4.0. Era ini membuat sistem yang kokoh dengan mudah menjadi rapuh. Indonesia butuh model baru untuk menghadapi itu, dengan desentralisasi dinamis. Sehingga mengganti model lama," katanya. (*)
Universitas Brawijaya Tambah Empat Guru Besar Baru
Jurnalis: Lutfia Indah
Editor: Gumilang
26 November 2024 21:40 26 Nov 2024 21:40