Warung Bu Sum: dari Tempat Kecil hingga Jadi Ikon Kuliner Pasar Beringharjo Yogyakarta

12 April 2025 11:51 12 Apr 2025 11:51

Thumbnail Warung Bu Sum: dari Tempat Kecil hingga Jadi Ikon Kuliner Pasar Beringharjo Yogyakarta Watermark Ketik
Warung Bu Sum yang tidak pernah sepi pengunjung. (Foto: BRI)

KETIK, YOGYAKARTA – Selain terkenal akan kekayaan budayanya, Yogyakarta juga memiliki beragam kuliner khas yang layak untuk dicicipi. Salah satu kuliner harus dicoba saat mengunjungi Yogyakarta adalah Sate Kere.

Sate Kere merupakan merupakan hidangan yang terbuat dari sandung lamur (daging sapi dengan lapisan lemak) yang dibakar dengan bumbu rempah dan kecap.

Jika ingin mencicipi Sate Kere yang nikmat anda harus pergi ke Warung Bu Sum yang terletak di Pasar Beringharjo. Warung Bu Sum merupakan tempat makan legendaris yang telah melayani pelanggan selama lebih dari enam puluh tahun.

Walaupun telah berdiri puluhan tahun, warung ini tetap mempertahankan eksistensinya dan selalu dipadati oleh pengunjung. Semuanya berkat keunikan cita rasa dan konsistensi kualitas yang membuatnya menjadi destinasi kuliner favorit bagi para pelanggan setia.

Udiyanti, penerus generasi ketiga dari Warung Bu Sum, menceritakan bahwa usaha ini dulunya merupakan tempat makan kecil biasa yang bahkan tidak memiliki nama. Namun, seiring berjalannya waktu, Warung Bu Sum kini semakin berkembang dan sukses meraih omzet hingga belasan juta rupiah.

Selain menyajikan Sate Kere, Warung Bu Sum juga menyediakan menu lain yang tak kalah menggiurkan dan lezat, seperti gulai sapi hingga soto daging. 

“Di sini memang makanannya khas Jawa semua. Kalau yang favorit ada sate kere yang terbuat dari daging sapi, tapi ada juga sate ayam, nasi gudeg, mangut lele, dan lainnya," ujar Udiyanti, Sabtu 12 April 2025

"Untuk jam operasionalnya sendiri mulai dari jam 6 pagi hingga 4 sore setiap harinya, karena kita masih ikut jam buka-tutup pasar,” imbuhnya.

Menariknya, tempat makan yang satu ini masih mempertahankan cara memasak yang tradisional, yakni dengan menggunakan anglo kecuali untuk kuahnya. Jika makan langsung di warung, para konsumen akan bisa mencium sendiri aroma rempah yang gurih dan nikmat yang bisa menambah selera makan.

Udiyanti mengakui bahwa berkembangnya Warung Bu Sum hingga sebesar sekarang bukan hanya hasil dari kerja keras semata. Dukungan pendanaan UMKM dari BRI juga menjadi salah satu faktor penting yang membantu warung legendaris ini tumbuh dan bertahan.

Dirinya pertama kali mengetahui program pendanaan UMKM dari BRI saat bank tersebut mengadakan Grebek Pasar di Pasar Beringharjo. Saat itu, Warung Bu Sum mendapat tawaran untuk mengajukan pendanaan. Awalnya, ia sempat ragu dan khawatir, takut prosesnya rumit atau pinjamannya tidak disetujui. Namun, kekhawatiran itu sirna setelah ia merasakan sendiri betapa mudah dan cepatnya proses pengajuan pinjaman di BRI.

"Pinjaman saya digunakan untuk mengembangkan usaha warung saya, seperti membeli etalase yang lebih besar dan bagus, menambah meja dan kursi, membeli kulkas dan freezer," paparnya.

Hadirnya program pendanaan UMKM dari BRI ini tentunya membuat Udiyanti sangat terbantu. Pasalnya, warung makan yang dulu hanya kecil-kecilan, kini bisa semakin besar dan dikenal semenjak mendapatkan bantuan dana dari BRI.

“Program ini sangat membantu, karena pelayanan dari BRI juga lancar dan mempermudah. Kalau ada kebutuhan tertentu juga prosesnya cepat dan langsung ditolong," pungkasnya. (*)

Tombol Google News

Tags:

BRI Kuliner Yogyakarta Pasar Beringharjo Warung Bu Sum Sate Kere