Hadapi Kemarau Panjang, Sedot Air Jadi Solusi Petani Kabupaten Pacitan

Jurnalis: Al Ahmadi
Editor: Mustopa

20 September 2024 15:31 20 Sep 2024 15:31

Thumbnail Hadapi Kemarau Panjang, Sedot Air Jadi Solusi Petani Kabupaten Pacitan Watermark Ketik
Proses pemasangan diesel untuk pengairan sawah saat kondisi kemarau panjang di Pacitan. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)

KETIK, PACITAN – Mesin-mesin pompa mulai dipasang di pinggir sawah dan telah disambungkan dengan selang yang menjulur ke lahan milik warga Pacitan.

Penyedotan air itu dapat dilihat di Dusun Wetih, Desa Purwoasri, Kecamatan Kebonagung, Jumat, 20 September 2024.

Seorang petani padi, Yadi, mengatakan sudah hampir satu setengah bulan hujan tak kunjung turun. Kondisi ini berdampak pada produktivitas lahan tani miliknya.

"Tanahnya sudah mulai merekah, sawah belum bisa ditanami hampir sekitar dua bulan," katanya di pinggiran sawah.

Menurut Yadi yang juga pemilik mesin diesel pompa, apabila kondisi ini terus dibiarkan, produktivitas tentunya macet. Ia pun berupaya dengan membuat sumur dan menyedot air agar segera bisa dilakukan penanaman.

"Niatnya dianggurin sambil nunggu hujan. Jadi ini saya buatkan sumur saja," ujarnya kepada Ketik.co.id

Penyedotan air, membuat Yadi harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli bahan bakar minyak guna menghidupkan mesin diesel. 

Dalam sekali pengairan, dia membutuhkan pertalite antara satu hingga enam liter.

"Ya mau bagaimana lagi, daripada lama dibiarkan, mending mengeluarkan uang tambahan," imbuhnya.

Tak jauh berbeda dengan yang diungkapkan Sriyatun, petani cabai asal Dusun Galit, Banjarjo, Kebonagung. 

Sedot air untuk mengairi sawah adalah hal lumrah baginya saat kemarau melanda.

"Hampir setiap tahun pas kemarau pasti ndisel dan ngrabuk. Supaya tanaman cabainya tidak mati," bebernya.

Ibu anak dua itu mengungkapkan, penyedotan hampir dilakukan oleh seluruh petani setempat. Mereka juga harus berebut air karena debit air di sumur warga kian menyusut.

"Dalam sehari banyak yang men-diesel. Tentu itung-itungan-nya kudu matang agar tidak merugi, antara biaya operasional dan nilai uang dari hasil panen seimbang," tutupnya.

Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, Sugeng Santoso, mengklaim kondisi pertanian di Pacitan saat ini menunjukkan perkembangan yang positif.

Secara global, Sugeng mengatakan sebagian besar petani saat ini telah menyelesaikan panen dan sedang bersiap untuk masa tanam berikutnya.

Beberapa petani masih melanjutkan penanaman padi dengan memanfaatkan sumber air dari sungai dan sumur, dengan total luas area tanam mencapai sekitar 1.264 hektar. 

"Diharapkan, tanam padi ini dapat berlangsung pada bulan Oktober dan November mendatang," terangnya.

Selain padi, komoditas lain yang juga menjadi fokus adalah jagung, yang saat ini sedang memasuki masa panen.

Tanaman perkebunan, khususnya tembakau, juga mulai dipanen, dan proses perajangan sedang berlangsung. Beberapa petani sudah mulai melakukan penyetoran daun tembakau kepada pihak ketiga.

Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa pemerintah berupaya meningkatkan luas tanam melalui pengembangan irigasi perpompaan dan pemanfaatan sumur.

"Kami berharap upaya ini dapat menambah luas tanam padi guna memenuhi kebutuhan pangan. Untuk bulan September, luas penambahan tanam dari pompanisasi mencapai 123 hektar," ungkapnya

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan ketahanan pangan daerah dapat terjaga dan produksi pertanian meningkat secara berkelanjutan. (*)

Tombol Google News

Tags:

pacitan